Minggu, 19 Februari 2012

tugas proposal teknis pembangunan hutan rakyat sengon

BAB I
PENDAHULUAN


Pembangunan hutan rakyat bertujuan untuk rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan hutan rakyat pada awalnya dilakukan dengan proyek kegiatan penghijauan. Namun setelah masyarakat merasa mendapat keuntungan ekonomi, maka masyarakat mengembangkan sendiri sehingga terbentuklah sentra-sentra hutan rakyat. Masyarakat mengembangkan hutan rakyat dengan model yang berbeda-beda. Pemilihan model tersebut didasarkan pada 

pengalaman petani yang diduga berdasarkan kesesuaian jenis dengan lokasi tempat tumbuh, kebiasaan petani dan pasar kayu. Hutan rakyat telah memperbaiki kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi petani dan masyarakat. Namun demikian, pengembangan hutan rakyat sangat spesifik sehingga pengembangannya harus memperhatikan kondisi biofisik, sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, dan preferensi petani terhadap pola hutan rakyat yang dikembangkan.
Perkembangan hutan rakyat tidak terlepas dari perkembangan penanganan lahan kritis. Pada mulanya hutan rakyat diperkenalkan melalui program Karang Kitri. Hutan rakyat dibangun dan dikembangkan dengan tujuan untuk menghijaukan pekarangan, talun, dan lahan-lahan rakyat yang gundul untuk konservasi tanah dan air serta perbaikan lingkungan. Namun pada perkembangan selanjutnya, hutan rakyat ditujukan pula untuk perbaikan sosial ekonomi dan pemenuhan kebutuhan bahan baku industri.
Dasar dalam membangun HTR ini sesuai dengan PP 6/2007 .Ketentuan umum di dalam PP 6/2007 di atas memberikan Masyarakat setempat, sehingga sektor kehutanan batasan yang tegas tentang HTR, sehingga khalayak bisa diharapkan dapat memberikan kontribusi pada memahami perbedaan antara HTR dengan Hutan pertumbuhan ekonomi nasional, perbaikan lingkungan Kemasyarakatan (HKM) dan Hutan Rakyat. HTR hanya hidup, mensejahterakan masyarakat dan memperluas akan dikembangkan pada areal kawasan hutan produksi lapangan kerja. yang tidak dibebani hak. HKM (dalam PP 6/2007) memungkinkan dikembangkan di hutan konservasi Sejalan dengan reforma agraria yang telah diwacanakan, (kecuali Cagar Alam dan zona inti Taman Nasional), Departemen Kehutanan telah merespon dengan upaya kawasan hutan produksi, dan hutan lindung. Sedangkan memberikan akses lebih kepada masyarakat dalam Hutan Rakyat jelas-jelas dibangun di luar kawasan hutan pengelolaan sumberdaya hutan, rencana pembangunan negara atau berada pada hutan hak (hutan yang berada HTR juga telah dipayungi produk hukum. Peraturan pada tanah yang dibebani hak atas tanah).
Tanaman sengon ini  sekarang telah mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat pedesaan karena kemampuan jual (nilai jual) kayunya cukup tinggi. Harga pasaran kayu sengon per m3 (kubik) yang telah dipotong berdasar ukuran untuk bahan bangunan dipasaran sudah berkisar 1-2 juta rupiah, sedangkan yang masih dari kebun atau berbentuk log per m3 masih di bawahnya, namun tetap saja dari tahun ketahun harganya naik mengikuti harga lainnya. Harga ini beragam antar tempat sesuai biaya tebang dan biaya angkut, serta jenis dan kualitas kayu sengonnya. Kayu log sengon dapat dijadikan bahan "pulp", ranting kayu untuk kayu bakar, dan daunnya untuk bahan pakan ternak (campuran pakan ternak), kompos (pupuk hijau daun) memiliki nilai ekonomis.
Seiring dengan laju pembangunan perumahan dan banyaknya rumah bangunan permanen/semi permanen yang mebutuhkan kayu dalam jumlah banyak, maka nilai kayu semakin mahal. Pada saat kayu-kayu kelas papan atas seperti kayu jati, kayu kalimantan, semakin mahal maka kayu sengon mulai diminati untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
Sudah banyak teladan masyarakat pedesaan sukses menjadi jutawan karena sengon. Padahal sewaktu sengon belum menjadi salah satu kayu yang diminati masyarakat, kayu sengon masih sekelas kayu bakar, sedikit yang memanfaatkan untuk bangunan. Pemerintah melalui program penghijauan telah memasukkan sengon sebagai salah satu tanaman untuk konservasi. Departemen Kehutanan melalui Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah melaksanakan  pemberian bantuan bibit sengon dan bantuan pemeliharaan kepada petani, budidaya sengon dikembangkan secara meluas.
Pada saat ini petani sengon sudah mulai merasakan manfaatnya hutan rakyat sengon. Nilai kayu sengon semakin tinggi sebagai kayu yang memiliki permintaan pasar tinggi dan permintaan cenderung stabil untuk jangka waktu lama. Masyarakat sudah tidak malu lagi memakai kayu sengon untuk bahan bangunan konstruksi ringan, bahkan para pengembang perumahan rakyat (KPR BTN) di daerah telah memakai sengon untuk bahan bangunannya.
Sambil menunggu dapat dipanen saat telah berumur 5 tahun s/d 10 tahun, petani dapat  menanam tanaman bawah tegakan selama belum siap panen. Dengan cara ini konservasi tanah tetap dapat terjaga dan ekonomi keluarga tetap terpenuhi.
Pohon sengon berukuran sedang sampai besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. Tidak berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter pohon dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.  Tajuk tanaman berbentuk perisai, jarang, selalu hijau. Daun majemuk, panjang dapat mencapai 40 cm, terdiri dari 8 - 15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 - 25 helai daun. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 - 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga. Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, lurus dan tidak bersekat-sekat. Buah sengon waktu muda berwarna hijau, berubah kuning sampai coklat setelah masak, panjangnya sekitar 6 - 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 - 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin. Untuk benih sengon berbentuk pipih, lonjong, 3 - 4 x 6 - 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat. Jumlah benih sekitar 40.000 butir/kg dengan daya berkecambah rata-rata 80%. Berat 1.000 butir kurang lebih berkisar 16 - 26 gram.








BAB II
TUJUAN PEMBUATAN HUTAN TANAMAN RAKYAT



Tujuan dan Sasaran
a.       Meningkatkan dan mengembangkan unit usaha dibidang kehutanan secara optimal yang berbasis pada kelestarian sumber daya hutan dan lingkungan. Tujuan pokok IUPHHK HTI PT.Sebukit Power adalah memproduksi kayu serat dan kayu pertukangan berkualitas tinggi untuk bahan baku Industry Pulp dan Kertas serta Industri Kayu Perkakas (sebagai core logs dan back veneer) yang berkesinambungan berasal dari sumber yang dikelola secara lestari.
b.      Memenuhi pasokan bahan baku pulp dan kertas serta kayu pertukangan bagi industry kehutanan nasional.
c.       Mendukung prioritas program pembangunan pemerintah yakni perluasan kesempatan kerja, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja dan usaha bagi masyarakat sekitar hutan dan pertumbuhan ekonomi (mengurungi lahan kritis/lahan kosong).
d.      Mendorong tumbuh kembangnya budaya masyarakat dalam pembangunan hutan tanaman disekitar konsesi.
e.       Meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan pemberdayaan masyarakt secara partisipati, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal.
f.       Memperkuat basis industry propinsi Kalimantan Barat, sebagai pemasok bahan baku industry local maupun IPKH.
g.      Untuk mengembangkan/memberdayakn masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
h.      Peningkatan pendapatan petani di wilayah lahan kering yang direncanakan menjadi sentra produksikomoditi Sengon.



Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
1.      Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
2.      Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
3.      Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll












BAB III
PERSYARATAN TUMBUH JENIS




A.    Daerah Sebaran
Sengon merupakan tanaman asli Indonesia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Australia (Soerianegara dan Lemmens 1993). Tegakan alam sengon di Indonesia ditemukan tersebar di bagian timur (Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua) dan di perkebunan di Jawa (Martawijaya dkk. 1989). Di Maluku, tegakan sengon alam dapat ditemukan di Pulau Taliabu, Mangolle, Sasan, Obi, Bacan, Halmahera, Seram dan Buru. Di Papua, sengon alam ditemukan di Sorong, Manokwari, Kebar, Biak, Serui, Nabire dan Wamena. Selain itu, sengon juga ditanam di Jawa (Martawijaya dkk. 1989) (Gambar 5 dan 6). Saat ini, sengon sudah banyak ditanam di negaranegara tropis termasuk Brunei, Kamboja, Kamerun Kepulauan Cook, Fiji, Polinesia Perancis, Jepang, Kiribati, Laos, Malaysia, Kepulauan Marshall, Myanmar, Kaledonia Baru, Pulau Norfolk, Filipina, Samoa, Thailand, Tonga, Amerika Serikat, Vanuatu dan Vietnam (Orwa dkk. 2009).
B.     Iklim
Kondisi iklim untuk tanaman Sengon, dimana Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
C.    Tanah
Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Sengon (Paraserianthes falcataria) termasuk jenis tanaman tropis.
D.   Topografi
Kondisi lingkungan tapak tumbuh, ketinggian tempat untuk tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria)  antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria)  ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut.

Sumber : www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20Sengon.pdf
























BAB IV
KONDISI LAHAN PEMBANGUNAN HUTAN



3.1.  Letak dan Luas Lokasi
Desa Batu Gajah merupakan Desa yang terletak pada wilayah Kecamatan  Bunguran Timur Kabupaten Natuna. Desa Batu Gajah memiliki luas ± 6.700 ha. Adapun batas-batas wilayah Desa Batu Gajah adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sungai Ulu
1.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cemaga Utara
2.      Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sungai Ulu
3.      Sebelah Timur berbatasan dengan pantai
Desa Batu Gajah merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bunguran Timur merupakan Desa hasil pemekaran dari Desa Sungai Ulu Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna.
3.2.  Tofografi  dan Tanah
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna merupakan tanah berbukit dan bergunung batu. dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian wilayah antara kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan 959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Pada umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit, dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.
3.3.  Iklim
Iklim di Kabupaten Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Curah hujan rata-rata berkisar 137,6 milimeter dengan rata-rata kelembaban udara sekitar 83,17 persen dan temperatur berkisar 27,10 celcius.

Sumber : Data BPS Natuna 2009
BAB V
PENGADAAN BIBIT DAN PEMBANGUNAN PERSEMAIAN




A.    Persyaratan Membuat Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon (Paraserianthes falcataria) ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
  1. Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
  2. Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
  3. Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
  4. Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.
B.     Bahan-bahan dan Peralatan
Bahan-Bahan dan Peralatan Yang Diperlukan Dalam Pembuatan Pembangunan Persemaian :
a.       Bahan yang di perlukan antara lain :
1.      Pasir yang baik dan telah distreilkan untuk medium penaburan benih
2.      Bedengan/bak , diberi naungan (atap).
3.      Bedengan sapih,diberi naungan,terutama untuk melindungi, semai-semai dari teriknya sinar matahari di siang hari dan hujan yang deras.
4.      Kantong plastik /container yang bagian bawah telah diberi lubang-lubang.
5.      Tanah yang baik, yang artinya dicampur dengan pupuk TPS untuk pengisian kantong plastik sebagai media sapih.
6.      Pupuk TSP dan NPK.
7.      Seng atau tripleks untuk label.
8.      Fungisida dan Pestisida
9.      Bahan untuk pemagaran persemaian, antara lain kawat berduri, dan kayu atau bambu, tali serta bibit/semai/stek batang , jenis tanaman pagar.
b.      Peralatan/bangunan yang disiapkn antara lain :
1.      Peralatan/bangunan untuk pangairan antara lain : parit/saluran pangairan,bak penampung air gembor( dan kemungkinan perlu pompa air lengkap dengan peralatannya).
2.      Alat menyemprot fungisida/ dan pestisida yaitu spayer.
3.      Alat-alat kerja : cangkul, sabit, ganco, gergaji, linggis.
4.      Alat pengukuran : meteran/roll meter, kompas.
5.      alat pencatat yang diperlukan
6.      kantor, barak kerja, rumah jaga.
Tenaga kerja yang perlu disiapkan baik tenaga harian,borongan maupun tetap yang jumlah disesuaikan setiap jenis kegiatan/pekerjaan. Tenaga kerja tetap/harian tetap sebagai kegaiatan di persemaian sejak pekerjaan penaburan benih sampai dengan pemeliharaan semai di bedengan sapih, terutama tenaga pengawasan (mandor) perlu dipilih yang kualitasnya baik, yaitu berpengalaman dan trampil di bidang persemaian.
C.    Pengadaan Benih
1.      Sumber dan Kualitas Benih
Benih yang diguanakan adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit dengan ciri-ciri penampakan benih sengon sebagai berikut, Kulit bersih berwarna coklat tua , ukuran benih maksimum, tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Kebutuhan BenihJumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami adalah :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
Jarak tanam 3 x 2 meter
Satu lubang satu bibit sengon
Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
Daya tumbuh 60 %
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
2.      Penaburan Benih
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
1. Benih
2. Bedeng tabur/bedeng kecambah
3. Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1, Kemudian semprotkan media semai dengan larutan pupuk hayati MiG-6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1 liter air) merata pada permukaan media semai. Biarkan selama 3 hari, Kemudian benih siap di tabor. Peralatan penyiraman ,tersedianya air yang cukup.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.
3.      Penyapihan
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain adalah :
1.    Siapkan kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4 lubang pada bagian sisi-sisinya.
2.    Masukkan media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang (1:1:1).Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
3.    Setelah media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu batang kecambah.
4.    Kemudian semprotkan media di polybag dengan larutan pupuk hayati MiG-6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1 liter air) merata pada permukaan. Biarkan selama 3 hari Kemudian tanam kecambah. Ulangi setiap 10 – 14 hari sekali sampai tanaman siap untuk di tanam di lahan (pada usia 6 bulan).
5.    Kantong plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
6.    Pada masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.
permudaan generatif diperoleh dari anakan alami yang cukup melimpah, sedangkan permudaan vegetatif diperoleh dari trubusan pohon yang telah ditebang. Permudaan yang berasal dari anakan alami yang berupa cabutan biasanya digunakan untuk menambah jumlah tanaman yang ditanam sebagai kewajiban petani setelah menebang dan untuk menyulam tanaman yang gagal, sedangkan permudaan yang berasal dari trubusan biasanya digunakan untuk mengganti pohon yang telah ditebang pada hutan rakyat bentuk tumpangsari. Permudaan yang berasal dari cabutan tidak membutuhkan kriteria khusus, dengan demikian bibit diambil dari anakan alami dengan ukuran kurang lebih 30 cm, kemudian langsung ditanam pada lubang tanaman yang telah disiapkan
4.      Pemeliharaan Bibit
ü  Pembuatan Naungan
bahan naungan bergantung kepada biaya yang tersedia, kemudahan memperolah bahan dan berat ringannya naungan yang dibutuhkan, dapat dipakai sebagai atap antara lain :
1. Kasa plastik
2. Atap plastik/sarlon
3. Alang-alang
4. Daun kelapa atau daun sagu
Naungan yang dipakai adalah tanaman yang tumbuh atau ditanam terpancar di dalam persemaian. Untuk mengurangi tingkat naungannya. Biasanya daun-daun atau cabang-cabangnya dipangkas atau pohonnya beberapa ditebang. Tinggi atap naungan biasanya 150 cm dari tanah atau bak untuk bagian yang rendah (sebalah barat) dan 175 cm untuk bagian yang tinggi (sebelah timur), agar orang lebih leluasa bekerja dibawahnya. Agar atap naungan itu mudah dibuka dan ditutup lagi, sebaiknya atap tidak dilekatkan mati pada tiang-tiang penyangga.
ü  Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut : Penyiraman, penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
ü  Pemupukan, pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan "gir: sebagai berikut :
·      Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan.
·      Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
      Anakan di persemaian sering terkena lodoh yang disebabkan oleh Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Pythium dan Phitophthora. Untuk mengatasinya, tanah disterilkan dan diberi fungisida sebelum benih ditabur.











BAB VI
PEMBUATAN TANAMAN



A.    Persiapan Lahan
Kegiatan persiapan lahan merupakan usaha petani dalam menyiapkan lokasi untuk kegiatan penanaman. Kegiatan persiapan lahan ini biasanya bersamaan waktunya dengan kegiatan persiapan lahan untuk tanaman pertanian. Kegiatan persiapan lahan biasanya dilakukan pada bulan Agustus dan September, karena pada bulan-bulan tersebut belum turun hujan. Lamanya kegiatan persiapan lahan tergantung pada kondisi masing-masing petani yaitu berdasarkan luas kepemilikan lahan, dan ada/ tidaknya tenaga kerja yang cukup.
Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama dalam mekanisme kerja kelompok. Dengan menggunakan mekanisme kerja kelompok kegiatan persiapan lahan tersebut dapat dikerjakan dalam waktu 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan. Kegiatan persiapan lahan terdiri atas kegiatan pengolahan tanah, pemasangan acir, pembuatan lubang tanaman, dan pemberian pupuk. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul dan menggemburkan tanah dalam rangka mempersiapkan lahan garapan untuk penanaman tanaman semusim. Penggemburan tanah dilakukan dengan membalikkan tanah, pendangiran tanah dan pemberian pupuk. Biasanya pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang.
Jumlah pupuk kandang yang dicampurkan dengan tanah disesuaikan dengan kebutuhan. Pengolahan tanah dan pemberian pupuk kandang biasanya dilakukan sebelum turun hujan agar pekerjaan menjadi relatif lebih ringan karena kondisi pupuk kering sehingga mempermudah pengangkutan ke lokasi penanaman.
Untuk penyiapan lahan tanaman berkayu dilakukan pemasangan acir, pembuatan lubang tanaman dan pemberian pupuk kandang atau kompos. Pembuatan lubang tanaman dilakukan dengan jarak tanam (4mx4m) atau 2m x lebar bidang olah teras untuk bentuk tumpangsari, dan (2x2) m untuk lahan yang menggunakan bentuk hutan murni.
Pemasangan acir dilakukan dengan menggunakan acir yang terbuat dari bambu atau ranting cabang yang dapat diperoleh di sekitar lahan yang sedang disiapkan. Panjang acir 1,5 m dengan bagian yang ditanam sedalam 0,5 m. Untuk lubang tanaman dibuat dengan ukuran (20x20x30) cm. Setelah lubang tanaman siap kemudian diberi pupuk kandang ke dalam setiap lubang sebanyak 1-2 kg. Kegiatan ini juga membutuhkan waktu kurang lebih 1-3 hari jika dikerjakan secara kelompok. Setelah semua kegiatan selesai, lahan dibiarkan sampai turun hujan, baru lahan mulai ditanami.
B.     Penanaman
Kegiatan penanaman tanaman tahunan biasanya dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman semusim, yaitu pada saat hujan turun pertama kali sekitar awal bulan Oktober. Lama kegiatan ini juga tergantung dari besarnya volume pekerjaan, akan tetapi biasanya kegiatan ini dilakkan dalam bentuk kerja kelompok sehingga hanya membutuhkan waktu 1-2 hari untuk menyelesaikannya. Kegiatan penanaman dilakukan pada awal musim penghujan dengan harapan tanaman tahunan dan tanaman semusim mendapatkan air yang cukup. Penanaman pada hutan rakyat sengon ini dilakukan pada sore hari bersama-sama dengan masyarakat yang terlibat dalam HTR ini.
Selain ditanam tanaman sengon juga ditanam tanaman semusim tumpangsari yakni, Padi (Gogo Rancah), Jagung, Kacang, Kedelai, Ketela Pohon, dan rumput-rumputan. Tanaman ini ditanam dengan berbagi tujuan diantaranya (1) untuk menutup biaya pemeliharaan (upah penjaga kebun dan Iama-lama), (2) tumpangsari intensif (dengan penyiraman sprinkle, pemupukan dan penyiangan gulma secara teratur) sangat membantu pertumbuhan tanaman jati sehingga mendekati jati yang ditanam pada areal yang memenuhi syarat tumbuh ideal (3) tanaman tumpangsari bisa menghilangkan rasa jenuh bagi masyarakat yang terlibat dalam hutan rakyat (4) memberi pendapatan jangka pendek kepada perusahaan (5) bisa memberi gaji bulanan kepada penggarap.
Jarak tanam yang ideal untuk adalah jarak tanaman pokok (sengon) 4 x 1 m dan jarak 2 m diantara tanaman pokok tersebut dapat ditanami tanaman sela. Penamam dilakukan dengan arah larikan dari timur ke barat, hal tersebut dilakukan agar sinar matahari dapat menerobos masuk sepanjang hari sesuai dengan arah peredaran matahari dari timur ke barat.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa tinggi dari tanaman sela tidak boleh lebih tinggi dari tanaman pokok karena akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok. Idealnya penanaman tanaman sela sebaiknya ditanam setelah tanaman pokok berusia 1 tahun sehingga tinggi tanaman pokok telah lebih dari 1 m. Ketersediaan nutrisi tanah juga mempunyai peranan yang penting, sehingga pemupukan harus rutin dilakukan untuk menjamin tercukupinya kebutuhan nutrisi dari tanaman pokok dan tanaman sela. Pemupukan untuk tanaman pokok sebaiknya dilakukan mulai saat membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat 1 bulan sebelum penanaman dengan ukuran lubang 40 x 40 x 40 cm. Aplikasi pupuk dilakukan dengan mencampur 2 kg kompos dan 2 ons pupuk kimia (Urea, TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang tanam. Pemupukan lanjutan dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Selain pemupukan, tanaman pokok perlu dilakukan perawatan diantaranya prunning (pemangkasan cabang). Pemangkasan ini harus rutin dilakukan agar batang tanaman pokok tidak bercabang. Penanaman susulan untuk mengganti tanaman yang mati dapat dilakukan sampai umur tanaman pokok berusia 2 tahun. Pada umur 3-4 tahun dilakukan tebang penjarangan sekitar 50% dari populasi. Hal tesebut dilakukan untuk menjaga kerapatan sehingga pertumbuhan sengon dapat optimal. Tebang penjarangan dapat dilakukan secara selektif pada pohon yang memiliki pertumbuhan kurang baik dan memiliki cacat batang. Pemanenan sengon dilakukan saat umur sengon tersebut usia 6 tahun dengan estimasi diameter batang sebesar 30 cm.
Ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman. Agar bibit tidak rusak maka dalam pengangkutan bibit menggunakan truk dengan di siapkan rak-rak dalam truck kemudian bibit di masukan dalam rak tersebut untuk di angkut. Penanaman di lakukan dengan plances Penanaman dengan plances dilakukan dengan membuka kantong plastiknya lebih dulu agar akar tunggangnya tidak terganggu .
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas bagus.
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut, Kulit bersih berwarna coklat tua, Ukuran benih maksimum, Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan Bentuk benih masih utuh.
C.    Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan ini adalah untuk mendapatkan hasil yang maksimal, cara-cara yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Pemupukan
Kegiatan pemupukan dilakukan pada bulan Maret, bersamaan dengan kegiatan penanaman tanaman palawija berupa kacang tanah. Pada saat penanaman kacang tanah tersebut dilakukan pendangiran tanah yang dilanjutkan dengan pemupukan. Setelah pemupukan tanaman kacang selesai kemudian dilakukan pemupukan terhadap tanaman tahunan dengan menggunakan pupuk kandang atau dengan pupuk kompos yang berasal dari daun-daunan yang ada di lahan tersebut. Jumlah pupuk kandang yang diberikan disesuaikan juga dengan kebutuhan. Lama waktu yang digunakan untuk menyelesaikan kegiatan pemupukan ini biasanya 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan, bila melalui mekanisme kerja kelompok.
Pemupukan untuk tanaman pokok sebaiknya dilakukan mulai saat membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat 1 bulan sebelum penanaman dengan ukuran lubang 40 x 40 x 40 cm. Aplikasi pupuk dilakukan dengan mencampur 2 kg kompos dan 2 ons pupuk kimia (Urea, TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang tanam. Pemupukan lanjutan dapat dilakukan sesuai kebutuhan.

2.      Kegiatan penjarangan
Kegiatan penjarangan  juga bersifat kondisional karena penjarangan baru dilakukan bila pemangkasan cabang ( Prunning ) dirasa tidak dapat mengatasi/mengurangi naungan. Di samping itu kegiatan penjarangan berguna untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik terhadap tegakan tinggal sehingga pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan penjarangan dilakukan setelah tanaman tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada saat itu tanaman kayu sudah menaungi tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan dilakukan petani secara perorangan (individual) dengan sepengetahuan kelompok tani, karena setiap penebangan pohon baik untuk pemanenan maupun penjarangan harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan yang dilakukan adalah penjarangan bawah karena pohon yang dijarangi adalah pohon-pohon yang pertumbuhannya jelek dan tertekan ( inferior ), sedangkan intensitas penjarangan disesuaikan dengan kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan juga dapat digunakan sebagai sumber pendapatan antara bagi petani hutan rakyat.
3.      Pemberantasan hama dan dan penyakit dan usaha pencegahan
4.      Pengendalian api dan kebakaran
Sebagai upaya untuk menghindari terjadinya kebakaran hutan dapat dilaksanakan kegiatan berikut :
§  Pembuatan sekat bakar, jalan pemeriksaan yang merupakan batas blok.
§  Pembuatan sekat bakar jalur hijau berupa tanaman yang tahan api yang mengelilingi batas petak tanaman selebar 20 m.
§  Pembuatan sistem komunikasi yang mampu menjangkau selruh areal tanaman dan sekitarnya.
§  Penyuluhan kepala masyarakat tentang pencegahan kebakaran dan menjaga keamanan hutan.
§  Pembuatan papan pengumuman untuk mencegah tindakan – tindakan yang tidak bertanggung jawab
5.      Penyiangan dan pendangiran
Kegiatan penyiangan dilakukan pada bulan Juni-Juli setelah kegiatan panen kacang tanah dan ketela pohon. Penyiangan dilakukan dengan tujuan membersihkan lahan dari gulma, rumput dan tanaman penggangu lainnya.  Bersamaan dengan kegiatan itu, dilakukan pula pembersihan lahan dari sisa-sisa hasil panenan. Hasil kegiatan itu merupakan sumber tambahan untuk mendapatkan hijauan makanan ternak. Hasil kegiatan penyiangan berupa rumput-rumputan dan batang tanaman kacang dapat digunakan untuk hijauan makanan ternak apalagi pada bulan Juni-Juli adalah bulan-bulan kering dimana produksi rumput untuk pakan ternak sangat kurang. Bagi tanaman tahunan kegiatan penyiangan dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman pengganggu yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengurangi kompetisi dengan tanaman pengganggu dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari. Kegiatan penyiangan ini dilakukan secara perorangan (individual) setiap hari pada bulan Juni-Juli, karena pada saat itu petani tidak memiliki waktu yang relatif senggang. Kegiatan tersebut dapat juga dilakukan secara kelompok jika memang volume pekerjaannya relatif besar.
Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Kegiatan pendangiran dilakukan pada saat petani tidak terlibat dalam kegiatan pengelolaan tanaman semusim. Lama waktu pelaksanaan kagiatan ini biasanya 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan. Pendangiran tanah dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga tercipta kondisi aerasi dan drainase tanah yang baik.
6.      Penyulaman
Penyulaman yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.penyulaman tanaman dikerjakan sekitar bulan Desember-Januari, pada saat hujan masih turun sehingga tanaman hasil sulaman memiliki kesempatan untuk mendapatkan air. Bibit tanaman untuk penyulaman berasal dari cabutan anakan alami yang terdapat di sekitar areal hutan rakyat.
7.      Pemangkasan Cabang ( Prunning )
Kegiatan pemangkasan cabang biasanya bersifat kondisional karena tanaman tahunan sudah cukup besar sehingga menaungi tanaman pertanian sehingga mengganggu produktivitas tanaman pertanian. Kegiatan prunning dilakukan secara periodik pada bulan Juni-Juli, setelah tanaman kayu berusia kurang lebih 5 tahun, sedangkan intensitasnya tergantung dari kebutuhan. Jika naungan dirasa berat maka intensitasnya tinggi demikian pula sebaliknya. Jika naungan tidak dapat dikurangi lagi dengan prunning maka perlu dilakukan penjarangan. Kegiatan prunning, biasanya dilakukan secara perorangan (individual) oleh petani dan bersamaan dengan kegiatan penyiangan. Jadi sambil mencari HMT petani juga mencari kayu bakar melalui kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan kebutuhan energi rumah tangganya. Lama kegiatan ini tidak bisa ditentukan biasanya tiap hari pada saat petani memiliki waktu luang. Hasil dari kegiatan prunning yang berupa cabang dan ranting kayu digunakan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan energi berupa kayu bakar, sedangkan hasil kegiatan prunning yang berupa daun-daunan terutama untuk jenis Mahoni dan Sengon Laut juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hijauan makanan ternak.
Esensi dari kegiatan prunning ini adalah mengurangi gangguan tanaman pertanian berupa naungan dari tanaman tahunan, meningkatkan kualita batang dengan mengurangi cacat mata kayu, memenuhi kebutuhan energi berupa kayu bakar, serta untuk memenuhi kebutuhan akan hijauan makanan ternak.
8.      Penjarangan
Kegiatan penjarangan juga bersifat kondisional karena penjarangan baru dilakukan bila pemangkasan cabang ( Prunning ) dirasa tidak dapat mengatasi/mengurangi naungan. Di samping itu kegiatan penjarangan berguna untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik terhadap tegakan tinggal sehingga pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan penjarangan dilakukan setelah tanaman tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada saat itu tanaman kayu sudah menaungi tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan dilakukan petani secara perorangan (individual) dengan sepengetahuan kelompok tani, karena setiap penebangan pohon baik untuk pemanenan maupun penjarangan harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan yang dilakukan adalah penjarangan bawah karena pohon yang dijarangi adalah pohon-pohon yang pertumbuhannya jelek dan tertekan ( inferior ), sedangkan intensitas penjarangan disesuaikan dengan kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan juga dapat digunakan sebagai sumber pendapatan antara bagi petani hutan rakyat.
































BAB VII
PEMUNGUTAN HASIL



A.    Pemanenan
Kegiatan pemanenan/penebangan kayu pada hutan rakyat dilakukan sesuai dengan kebutuhan petani pemilik hutan rakyat. Kayu yang dipanen/ditebang adalah kayu yang sudah cukup umur dan sudah laku di pasaran, sedangkan bentuk dan ukuran kayu dijadikan faktor penentu harga, sehingga makin baik kualita kayu maka harga kayu makin mahal. Kayu dijual oleh petani kepada pengumpul dalam keadaan kayu berdiri, sedangkan sistem penebangannya didasarkan atas peraturan dan tata tertib kelompok tani yakni sistem tebang pilih. Sistem tebang pilih tersebut didasarkan pada umur tanaman minimal yang boleh dipanen, sehingga diharapkan kayu yang ditebang adalah kayu yang sudah cukup umur dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Berdasarkan tata tertib kelompok tani, kegiatan penebangan umumnya ditetapkan dengan sistem tebang pilih dengan menggunakan batas minimal umur. Untuk jenis Jati umur tebang minimal 20 tahun, untuk Jenis Akasia umur tebang minimal 10 tahun, dan untuk jenis Mahoni umur tebang minimal 15 tahun. Pada prakteknya umur tebang rata-rata untuk jenis Jati adalah 15 tahun, untuk jenis Mahoni 20 tahun, dan untuk jenis Akasia 10 tahun. 
Pada umumnya kegiatan penebangan dilakukan oleh pembeli yang merupakan pedagang pengumpul. Penebangan dilakukan secara manual dengan menggunakan gergaji tangan, dengan komponen-komponen kegiatan sebagai berikut : perebahan pohon ( felling ), pembersihan cabang ( limbing ) dan pembagian batang ( bucking ), serta kegiatan penyaradan ( skidding ) dan pengangkutan ( haulling ). Kegiatan penebangan dilakukan oleh 1 regu tebang yang beranggotakan 6 orang blandong, yang tugasnya melakukan penebangan, penyaradan dengan di pikul dan loading/reloading kayu ke atas truk. Dalam kegiatan penebangan semua biaya ditanggung oleh pembeli. Komponen biaya eksploatasi terdiri atas biaya upah blandong Rp 7000,-/hari/orang, biaya transportasi (truk) Rp 20.000,-/rit, dan biaya untuk pas angkutan kayu Rp 50.000,- untuk sekali angkut.
Dalam kegiatan penebangan ini peranan kelompok tani dan perangkat desa sangat besar dalam mengontrol pemanenan kayu karena setiap penebangan harus diketahui/ mendapat ijin dari perangkat desa dan kelompok tani. Dengan demikian lembaga-lembaga di atas dapat berfungsi sebagai pengawas dalam kegiatan penebangan agar asas kelestarian dapat terjamin.
Selesai kegiatan penebangan, kayu kemudian dibawa ke tempat penumpukan kayu (TPn). Tempat itu dapat terletak di pinggir jalan atau di area khusus seperti di halaman pekarangan milik pedagang kayu. Setelah melakukan penebangan petani diwajibkan untuk menanami lahan mereka dengan permudaan baru sebanyak 5-10 batang untuk tiap pohon yang ditebang. Jumlah tersebut diharapkan mampu mengganti jumlah pohon yang ditebang, dengan asumsi keberhasilan tanaman rata-rata 70% (berdasarkan pengalaman) ditambah permudaan hasil trubusan jumlah tersebut mampu menjamin kelestarian.
B.     Penebangan
Perkiraan hasil hutan rakyat sengon bisa di panen berkisar antara 5-10 tahu, pada tahun kelima tanaman sengon sudah bisa di panen namun tidak secara keseluruhan penebanganya. Penebangan di lakukan secara kontinu dari tahun ke 5 sampai tahun ke 10. Pada dasarnya aspek pengaturan hasil hutan rakyat tidak didefinisikan secara khusus oleh petani, karena petani biasanya melakukan pemanenan kayu berdasarkan kebutuhan, dan belum direncanakan secara baik. petani rata-rata memanen/menebang pohon miliknya secara periodik dan kontinyu, yaitu rata-rata setahun 2 kali. Waktu penebangan biasanya menjelang hari raya dan pada tahun ajaran sekolah dimulai, karena kedua kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan yang agak besar.
Kedua kebutuhan itu memerlukan biaya lebih, sehingga mereka perlu untuk melakukan pemanenan kayu miliknya. Mengenai jenis, volume dan jumlahnya kurang diperhatikan, dalam hal ini disesuaikan dengan kebutuhan. Hal tersebut dikuatkan dengan besarnya volume perdagangan kayu pada waktu-waktu tersebut.  Dari keterangan di atas dapat diasumsikan bahwa petani rata-rata menebang kayu miliknya dua kali pertahun dengan jumlah batang dan volume yang disesuaikan kebutuhan, yaitu jika kebutuhan kecil pohon yang ditebang jumlah dan volumenya relatif kecil, sedangkan bila kebutuhan besar pohon yang ditebang jumlah dan volumenya juga besar. Untuk menjamin kelestarian, petani yang menebang kayu diwajibkan menanami lahannya dengan 2-5 batang untuk setiap batang pohon yang ditebang. Di samping itu, kelestarian diperoleh dari hasil permudaan berupa trubusan tonggak sebanyak 2-4 batang. Metode pengaturan hasil hutan rakyat, seperti digambarkan di atas sangat spesifik dan berbeda dengan metode pengaturan hasil konvensional yang biasa diterapkan pada hutan negara, karena mereka lebih menekankan pada pengelolaan individu pohon per pohon dan bukan pengelolaan kawasan. Bagi masyarakat setempat yang penting adalah terjaminnya kelestarian baik kelestarian produksi maupun kelestarian sumber daya hutan, sehingga mereka dapat secara kontinu memanen produksi kayu miliknya.
Petani memiliki rutinitas dalam pemanenan kayu setiap tahunnya, dengan jumlah batang dan volumenya disesuaikan kebutuhan. Kegiatan penebangan ini diimbangi dengan kewajiban melakukan permudaan setiap kali mereka menebang pohon miliknya sehingga dapat tercipta kelestarian baik kelestarian produksi maupun kelestarian sumber daya hutan. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk metode pengaturan hasil yang dipraktekkan oleh petani walaupun metode tersebut belum merupakan model yang konseptual.






























BAB VIII
ANALISA KELAYAKAN PROYEK PEMBANGUNAN HTR






























DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2011. Manfaat Tumpangsari di Hutan Kebun Jati Dan Sengon. http://bataviase.co.id/node/648831 ( diakses tanggal 20 desember 2011)

Fudin. 2011. Budidaya Tanaman Sengon Dengan Tumpangsari. http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2010/08/22/budidaya-sengon-dengan-sistem-tumpang-sari/ ( diakses tanggal 20 desember 2011)

Mugiyana. 2011. Budidaya Sengon Dengan Sistem Tumpangsari. http://muge2001.blogspot.com/2011/02/budidaya-sengon-dengan-sistem-tumpang.html (diakses tanggal 20 desember 2011)

Anonim. 2010. Identifikasi Sengon.
                           
Anonim. 2012. Green World. http://www.gogreen.web.id/2008/10/cara-teknis-budidaya-tanaman-sengon.html (diakses tanggal 15 januari 2012)

BPDAS. 2010. Sengon. http://www.bpdas pemalijratun.net/index.php?option=com_content&view=article&id=62:sengon&catid=18:tanaman-berkayu&Itemid=31 (diakses tanggal 25 januari 2011).

Kabayan. 2011. Teknis Budidaya Tanaman Sengon.

Anonim. 2009. Penggunaan dan Manfaat Kayu Sengon. http://kebunpaktani.blogspot.com/2009/05/penggunaan-dan-manfaat-kayu-sengon.html ( diakses tanggal 30 desember 2011).

Anonim. 2011. Budidaya Sengon. www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20Sengon.pdf  (diakses tanggal 30 desember 2011)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan keritik dan saranya untuk perbaikan blog ini kedepan,terimakasih.