Minggu, 19 Februari 2012

tugas analisa kelayakan proyek hutan sengon


A.           PENDAHULUAN
Sengon dibudidayakan sebagai salah satu bahan baku industri kertas dan pulp, hal ini karena tanaman pohon sengon dapat dipanen lebih cepat (sekitar lima tahun). Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30-45 meter dengan diameter batang sekitar 70-80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih kelabu, tidak mengelupas dan tidak beralur.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri pulp dan kertas, perlu

 dibangun HTI dalam bidang pulp untuk menghindari hutan alam menjadi korban eksploitasi sebagai tumpuan bahan baku industri dan pulp dan kertas.
Meskipun dengan meningkatnya industri pulp dan kertas telah banyak membantu perekonomian nasional dan mampu menciptakan lapangan tenaga kerja baru. Namun, jika kita tidak segera mengambil langkah cepat, keuntungan tersebut bukan tidak mingkin harus dibayar mahal dengan bencana alam akibat pengrusakan hutan alam dan terganggunya ekosistem. Untuk itu dibutuhkan peluang usaha budidaya sengon sebagai alternatif HTI-pulp dalam rangka menyuplai kebutuhan kertas nasional.
Tanaman sengon dipilih sebagai alternatif HTI-pulp karena masa panennya cepat dan dibutuhkan waktu 5 tahun. Pemanfaatan kayu sengon selain sebagai bahan baku pulp dan kertas adalah untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar serta tangkai dan kotak korek api.
B.       TINJAUAN PUSTAKA
1.      Deskripsi Tanaman Sengon
Sengon atau albasia ( parasenanthes falcataria / albizia falcatara ), kadang - kadang orang menyebutnya jeungjing, merupakan tanaman kayu yang dapat mencapai diameter cukup besar apabila telah mencapai umur tertentu. Tanaman sengon dapat tumbuh pada sebaran kondisi iklim yang sangat luas, dengan demikian dapat tumbuh dengan baik hampir di sembarang tempat.

Beberapa keunggulan tanaman sengon
  1. Pertumbuhannya sangat cepat sehingga masa layak tebang dalam umur yang relatif pendek.
  2. Karena memiliki perakaran yang dalam, sehingga dapat menarik hara yang berada pada kedalaman tanah ke permukaan.
  3. Mudah bertunas kembali apabila ditebang, bahkan apabila terbakar.
  4. Biji atau bagian vegetatif untuk pembiakannya mudah diperoleh dan disimpan.
Berdasarkan pada beberapa keistimewaan itulah tanaman albasia dijadikan tanaman penghijauan hampir di semua wilayah. Lebih penting lagi, tanaman albasia memiliki nilai ekonomis tinggi. Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV - V.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
2.      Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
3.      Habitat Sengon
Tanah
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
Iklim
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. dengan iklim A, B dan C bercurah hujan rata-rata 2.000-4.000 mm/tahun.Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
Curah Hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm
Kelembaban
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
C.           SUMBER BENIH ATAU BIBIT
Pada umumnya tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon (Paraserianthes falcataria) yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon (Paraserianthes falcataria) yang baik sebagai berikut :
·      Kulit bersih berwarna coklat tua
·      Ukuran benih maksimum
·      Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
·      Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
1.      Pembuatan Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon (Paraserianthes falcataria) ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
·      Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
·      Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
·      Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
·      Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.
2.      Penaburan Benih
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut
·      Benih
·      Bedeng tabur/bedeng kecambah
·      Media Tabur, campuran pasir dengan tanah 1 : 1
·      Peralatan penyiraman
·      Tersedianya air yang cukup.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang berlebihan.
Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira – kira 2,0 cm. Usahakan benih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecambah tidak bertumpuk. Setelah kecambah berumur 7 – 10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
3.      Pemeliharaan Bibit Di Bedeng Tabur
Pemeliharaan yang dilakukan terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut :
·      Penyiraman
Penyiraman yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
·      Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan larutan “gir”. Adapun pembuatan larutan “gir: sebagai berikut :
Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP, lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk pemupukan. Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
·      Penyulaman
Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya.
·      Penyiangan
Penyiangan terhadap gulma, dilakukan dengan mencabut satu per satu dan bila perlu dibantu dengan alat pencungkil, namun dilakukan hati –hati agar jangan sampai akar bibit terganggu.
·      Pengendalian Hama dan Penyakit
Beberapa hama yang biasa menyerang bibit adalah semut, tikus rayap, dan cacing, sedangkan yang tergolong penyakit ialah kerusakan bibit yang disebabkan oleh cendawan.

·      Seleksi bibit
Kegiatan seleksi bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan, maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas yang merata.
4.      Penyapihan
Penyapihan bibit adalah untuk memindahkan bibit siap sapih dari bak penaburan ke dalam polybag dilakukan pada areal pertumbuhan. Biasanya bibit siap sapih untuk berbagai jenis tanaman hutan berbeda-beda tergantung kepada laju dan besarnyapertumbuhan bibit di bedeng tabur. Alat yang digunakan stik berupa batang bambu ataukayu dengan diameter sekitar 2 cm.
Cara kerja:
a.    Sebelum bibit disapih, pot di bedeng sapih disiram terlebih dahulu.
b.    Kecambah yang siap disapih dibawa ke lokasi dengan alat stik. Pot dilubangi dengan stik secara tegak lurus dan tepat di tengah diameter polybag. Dalamnya lubang disesuaikan dengan panjang akar kecambah lebih sedikit dan kemudian stik dimiringkan sedikit dan diputar untuk memberikan lubang yang besar di permukaan polybag.
c.    Setelah itu kecambah dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan dan ditutup kembali dengan menggunakan stik, sehingga tidak ada rongga-rongga di sekitar akar yang dapat mengakibatkan akar membusuk.
d.   Diadakan penyiraman setelah selesai disapih.
e.    Semai yang belum siap disapih dikembalikan ke germination house untuk dipelihara sampai siap disapih kembali.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyapihan adalah:
·      Akar tidak boleh terlipat.
·      Semai harus berdiri tegak lurus.
·      Semai yang telah diambil dari bak tidak boleh terlalu lama dipegang, supaya tidak luka terhadap semai yang masih kecil.
·      Penyiraman harus hati-hati (pancaran air halus).
5.      Pemeliharaan Bibit Di Bedeng Sapih
Bedeng sapih atau di sebut juga bedeng pertumbuhan dibuat berupa segi empat dengan ukuran 1 m x 5 m dan sekelilingnya di perkuat dengan kayu, bata atau bahan lainnya yang kuat. Bedeng sapih di beri naungan yang tembus cahaya 50%. Luas bedeng sapih menunjukkan kapasitas bibit di persemaian.
Pelaksanaan
a.       Persiapan lapangan
·      Pengukuran batas persemaian dengan pemberian tanda batas yang jelas dan kemudian dipetakan
·      Pembersihan lapangan dari semak-semak, rumput/alang-alang dan tunggak-tunggak yang ada
·      Pengerjaan/pencangkulan tanah dengan baik dan meratakannya
·      Pengaturan tempat, terutama untuk bedengan/bak dan bedengan sapih sesuai hasil pemetaan, amar
·      Pemegaran persemaian
·      Pembuatan bedengan/ bak yang diberi pasir bagian atasnya setebal 10-15 cm dan bedengan sapih dengan diberi naungan / atap
·      Pembuatan jalan angkutan/pengawasan
·      Pembuatan/pemasangan alat pengairan
·      Pengisian kantong plastik sampai penuh dengan medium tumbuh yang telah dicampur pupuk sebagai medium sapihan, kemudian diatur/disusun di bedengan sapih yang telah disiapkan.
b.      Penaburan benih
Penaburan benih adalah menanam benih yang telah dipersiapkan / telah melalui perlakuan-perlakuan khusus dibedengan/bak dengan tujuan agar benih dapat berkecambah dengan baik.
Penaburan benih dilakukan secara merata menurut larikan/jalur-jalur atau lubang- lubang yang telah dibuat, kemudian ditutup dengan pasir atau tanah halus setebal 0,5-1  cm/ setebal benih. Secara garis besar penaburan dapat dilakukan tiga cara (1) satu persatu (drill sowing), (2) bentk garis/baris (line sowing), dan (3) menabur mereta (dust  sowing). Dan kemudian ditutup dengan potongan-potongan seresah yang telah disterilkan.
Penutupan seresah ini dimaksudkan untuk :
·      Menjaga kelembaban medium.
·      Meningkatkan suhu medium.
·      Menekan pengeliaran rumput-rumput pengganggu, sehingga dengan demikian perkecambahan benih dapat berlangsung sempurna..
Jarak tanam antara benih dan atara larikan tergantung pada benih dari suatu jenis tanaman, namun rata-rata 5 cm antar benih dan 5 – 10 cm antar larikan.
Untuk benih – benih yang halus/ kecil (misalnya benih Melaleuca spp), agar hasil  penaburan benih dapat merata, maka benih yang akan di dicampur dengan pasir.
Perbandingan berat/volume campuran benih dan pasir biasanya 1 : 20. Setelah benih ditutup tanah, segera dilakukan penyiraman sampai pasir/medium cukup basah, kemudian pada setiap bak/bedengan dipasang label yang bertulisan : nomor bak penabur, species/jenis, asal benih tanggal penaburan, dan jumlah / banyak benih  Panitia Implementasi Program NFP-FAO Regional Maluku & Maluku Utara
Pelatihan Penanaman Hutan di Maluku & Maluku Utara – Ambon, 12 – 13 Desember 2007 yang di. Kegiatan ini memerlukan kecermatan sehingga jangan sampai menggunakan  tenaga borongan.
c.       Penyapihan
Pengertian penyapihan adalah memindahkan bibit/anak semai dari bedengan / bak ke medium di bedengan sapih. Cara penyapihan, baik pada waktu mencabut/menggali  bibit/anak semai di bedengan / bak maupun waktu menanamnya ke medium sapih harus dilakukan dengan hati-hati, jangan sampai batang/akar-akarnya rusak atau tidak tertanam tegak lurus. Waktu penyapihan sebaiknya dilakukan sore hari, dan setelah disapih segara dilakukan penyiraman sampai tanahnya cukup basah. Setelah itu ada setiap bedengan sapih dipasang label yang bertuliskan : Nomor bedengan sapihan, species/jenis,asal bedengan penaburan. Kegiatan ini memerlukan kecermatan sehingga jangan sampai menggunakan tenaga borongan.
Waktu kecambah (semai anakan) siap disapih tergantung, jenisnya biasanya sesudah keluar daun pertama sudah dapat dilakukan penyapihan. Setelah bibit / semai sapihan berupa 3-4 minggu sejak disapih, kerapatan atap/naungan mulai dikurangi dan setelah berumur 8-10 minggu sebelum semai dipindahkn / ditanam ke lapangan, atap/naungan tanaman sama sekali ditiadakan. Khususnya untuk jenis Pinus merkusii, sebelum penyapihan, perlu tanah/medium sapih diberi mecorrhiza.

D.           TEKNIK PENANAMAN
a.        Persiapan Penanaman
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyiapan lahan digolongkan menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap ;
Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnya ditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang tumbuh tanaman. Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai dengan kebutuhan).

b.        Penentuan Jarak Tanam
Penentuan jarak tanam pada tanaman sengon dapat dilakukan pada jarak tanam 5 x 5 m atau 3 x 2 m. Dengan jarak tanam demikian,maka tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) dapat tumbuh dengan baik dan persaingannya tidak tinggi
c.         Pembuatan Lubang Tanam dan Pemasangan Ajir
Lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.
Ajir dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan
d.        Pengangkutan Bibit
Ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.
e.         Penanaman
Jenis kegiatan yang dilakukan berupa :
·      Pembuatan dan pemasangan ajir tanam
Ajir dapat dibuat dari bahan bambu atau kayu dengan ukuran, panjang 0,5 – 1 m, lebar 1 – 1,5 cm. Pemasangangan ajir dimaksudkan untuk memberikan tanda dimana bibit harus ditanam, dengan demikian pemasangan ajir tersebut harus sesuai dengan jarak tanam yang digunakan
·      Pembuatan lobang tanam
Lobang tanam dibuat dengan ukuran 30 x 30 x 30 cm tepat pada ajir yang sudah terpasang.
·      Pengangkutan bibit
Ada dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman.
·      Penanaman bibit
Pelaksanaan kegiatan penanaman harus dilakukan secara hati – hati agar bibit tidak rusak dan penempatan bibit pada lobang tanam harus tepat ditengah-tengah serta akar bibit tidak terlipat, hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit selanjutnya.
f.         Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berupa kegiatan
·      Penyulaman
Yaitu penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif
·      Penyiangan,
Pada dasarnya kegiatan penyiangan dilakukan untuk membebaskan tanaman pokok dari tanaman penggagu dengancara membersihkan gulma yang tumbuh liar di sekeliling tanaman, agar kemampuan kerja akar dalam menyerap unsur hara dapat berjalan secara optimal. Disamping itu tindakan penyiangan juga dimaksudkan untuk mencegah datangnya hama dan penyakit yang biasanya menjadikan rumput atau gulma lain sebagai tempat persembunyiannya, sekaligus untuk memutus daur hidupnya.
Penyiangan dilakukan pada tahun-tahun permulaan sejak penanaman agar pertumbuhan tanaman sengon tidak kerdil atau terhambat, selanjutnya pada awal maupun akhir musim penghujan, karena pada waktu itu banyak gulma yang tumbuh.



·      Pendangiran,
Pendangiran yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
·      Pemangkasan,
Melakukan pemotongan cabang pohon yang tidak berguna (tergantung dari tujuan penanaman).
·      Penjarangan
Penjarangan dillakukan untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih leluasa bagi tanaman sengon yang tinggal. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 2 dan 4 tahun, Penjarangan pertama dilakukan sebesar 25 %, maka banyaknya pohon yang ditebang 332 pohon per hektar, sehingga tanaman yang tersisa sebanyak 1000 batang setiap hektarnya dan penjarangan kedua sebesar 40 % dari pohon yang ada ( 400 pohon/ha ) dan sisanya 600 pohon dalam setiap hektarnya merupakan tegakan sisa yang akan ditebang pada akhir daur.
Cara penjarangan dilakukan dengan menebang pohon-pohon sengon menurut sistem “untu walang” (gigi belakang) yaitu : dengan menebang selang satu pohon pada tiap barisan dan lajur penanaman.
Sesuai dengan daur tebang tanaman sengon yang direncanakan yaitu selama 5 tahun maka pemeliharaan pun dilakukan selama lima tahun. Jenis kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan tanaman. Pemeliharaan tahun I sampai dengan tahun ke III kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan dapat berupa kegiatan penyulaman, penyiangan, pendangiran, pemupukan dan pemangkasan cabang. Pemeliharaan lanjutan berupa kegiatan penjarangan dengan maksud untuk memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan dipertahankan, presentasi dan prekuensi penjarangan disesuaikan dengan aturan standar teknis kehutanan yang ada.

Tabel Kelayakan Proyek


URAIAN/TAHUN
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
investasi awal:











pembelian bibit
360.000










ajir
55000










lubang tanam
55000










biaya operasional:











a. Pemupukkan











saat tanam
1180000










3 bulan
496000










6 bulan
694000










1 tahun

594000









1,5 tahun

576000









2 tahun


576000








2,5 tahun


576000








b. Penyiangan











1 tahun

700000









1,5 tahun

700000









2 tahun


500000








2,5 tahun


500000








4 tahun




700000






5 tahun





700000





6 tahun






700000




7 tahun







700000



8 tahun








700000


9 tahun









700000

10 tahun










700000
c. Penjarangan




700000






Total Biaya
2840000
2570000
2152000
0
1400000
700000
700000
700000
700000
700000
700000












Produksi:











Penjarangan 1



500000







Penjarangan 2




20000000






Panen










400000000
Pendapatan
0
0
0
500000
20000000
0
0
0
0
0
400000000












NET BENEFIT
-2840000
-2570000
-2152000
500000
18600000
-700000
-700000
-700000
-700000
-700000
399300000
DF 15%
1,0000
0,8696
0,7561
0,6575
0,5718
0,4972
0,4323
0,3759
0,3269
0,2843
0,2472
PV COST
2840000
2234783
1627221
0
800454,5
348023,7
302629,3
263155,9
228831,2
198983,7
173029,29
PV BENEFIT
0
0
0
328758
11435065
0
0
0
0
0
98873882
NPV 15%
-2840000
-2234783
-1627221
328758
10634610
-348024
-302629
-263156
-228831
-198984
98700853
DF 20%
1,0000
0,8333
0,6944
0,5787
0,4823
0,4019
0,3349
0,2791
0,2326
0,1938
0,1615
NPV 20%
-2840000
-2141667
-1494444
289352
8969907
-281314
-234429
-195357
-162798
-135665
64489179












A.
NET B/C










=
NPV 15%/(NPV 15%-NPV 20%)








=
2,874062
(LAYAK)





















B.
GROSS B/C









=
PC BENEFIT/PV COST









=
12,26975
(LAYAK)





















C.
IRR










=
NPV 15%+((NPV 15%/((NPV15%-NPV 20%)x(NPV 20%-NPV 15%)





=
0,293703










=
29,37031
(LAYAK)










di poskan oleh : ilyas



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan keritik dan saranya untuk perbaikan blog ini kedepan,terimakasih.