Minggu, 12 Februari 2012

laporan praktikum fispon

PRAKTIKUM I
ZAT PENGATUR TUMBUH

    Landasan Teori
Hormon berasal dari kata Yunani yaitu hormon yang berarti menggiatkan, merangsang, membangkitkan timbulnya suatu aktivitas.  Menurut Moore (1979) hormon adalah suatu zat/senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman, aktif dalam jumlah yang sangat kecil, disintesa pada bagian tertentu tanaman kemudian diangkut ke bagian lain dimana zat tersebut menimbulkan pengaruh khusus secara biokimia. Yang dimaksud hormon disini adalah Auxin, Giberelin, Cytokinin, ethylen dan ABA.  Sedangkan

zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.  Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah zat pengatur tumbuh tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat dibuat atau disintesa oleh manusia tetapi hormon tidak.
Ada lima jenis zat pengatur tumbuh yaitu auksin, sitokinin, giberelin, Inhibitor/asam absisat dan etilen. ZPT menstimulasi pertumbuhan dengan memberi isyarat kepada sel target untuk membelah atau memanjang, beberapa ZPT menghambat pertumbuhan dengan cara menghambat pembelahan atau pemanjangan sel. Sebagian besar molekul ZPT dapat mempengaruhi metabolisme dan perkembangan sel-sel tumbuhan. ZPT melakukan ini dengan cara mempengaruhi lintasan sinyal tranduksi pada sel target. Pada tumbuhan seperti halnya pada hewan, lintasan ini menyebabkan respon selular seperti mengekspresikan suatu gen, menghambat atau mengaktivasi enzim, atau mengubah membran.
Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dan konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
Tabel 1. Peranan ZPT pada pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan

ZPT    Fungsi    Tempat
Auksin    Mempengaruhi pertambahan panjang batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah; dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme.    Meristem apikal, tunas ujung, daun muda, embrio dalam biji.
Sitokinin    Mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar; mendorong pembelahan sel dan pertumbuhan secara umum, mendorong perkecambahan; dan menunda penuaan.    Pada akar, embrio dan buah, berpindah dari akar ke organ lain.
Giberilin    Mendorong perkembangan biji, perkembangan kuncup, pemanjangan batang dan pertumbuhan daun; mendorong pembungaan dan perkembangan buah; mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar.    Meristem apikal tu-nas ujung dan akar; daun muda; embrio.
Inhibitor    Menghambat pertumbuhan; merangsang penutupan stomata pada waktu kekurangan air, memper-tahankan dormansi.    Daun; batang, akar, buah berwarna hijau
Etilen    Mendorong pematangan; memberikan pengaruh yang berlawanan dengan beberapa pengaruh auksin; mendorong atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan akar, daun, batang dan bunga.    Buah yang matang, buku pada batang, daun yang sudah menua.




    Tujuan Praktikum
    Mengetahui bagaimana pengaruhZPT terhadap pertumbuhan stek pohon.

    Bahan dan Alat Praktikum
    Bahan
    Stek pohon 6 buah, diameter 2 2-3 cm, panjang 30 cm.
    Rootone F
    Media tumbuh: tanah bercampur pasir (3:1)
    Aquades
    Alat
    Gunting pisau stek
    Polybag
    Cawan petri dan pengaduk
    Alat tulis

    Tinjauan Pustaka
    ZPT NAA dan 2,4 D
Yang dimaksud dengan ZPT disini adalah 2,4-D, 2,4-S-T, IBA, NAA. Penggunaan Zat pengatur tumbuh bila digunakan  dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar/konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi di bidang pertanian, dan berdasarkan berbagai macam penelitian maka ditemukan aneka ragam zat pengatur tumbuh yang dapat difungsikan sebagai herbisida untuk mematikan gulma atau tanaman pengganggu. ZPT dapat berubah fungsi menjadi racun bila dipakai melebihi kadar tertentu dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat dipergunakan sebagai herbisida.  Lebih lanjut didapatkan pula bahwa, zat pengatur tumbuh tertentu mempunyai sifat-sifat yang selektif sehingga gulma dapat dimatikan tetapi tanaman pokok yang dibudidayakan tidak terganggu.  Di era tekhnologi moderen saat ini, ZPT yang banyak digunakan sebagai herbisida pemberantas gulma terutama adalah 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA atau MCP.
Pengaruh 2,4-D, 2,4,5–S dan MPCA terhadap gulma bervariasi. Untuk pengaruh yang sama, penggunaan dosis MPCA biasanya lebih tinggi daripada 2,4-D. Saat ini diantara 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA  herbisida yang merupakan ZPT yang paling banyak digunakan adalah  2,4-D.  Herbisida jenis 2,4-D ini sangat ideal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya relatif murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan, tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan. Selain itu penggunaan Herbisida 2,4-D lebih populer pada lahan sawah dibandingkan yang lain karena mempunyai beberapa spesifikasi diantaranya  dapat dipergunakan untuk mengendalikan gulma pada lahan sawah, tidak efektif untuk mengendalikan gulma jenis alang-alang namun sangat ampuh dalam membasmi gulma berdaun sempit. 

    Keterangan botanis tanaman
Kayu sungkai (Peronema canescens) termasuk suku Vebernaceae yang dikenal dengan nama daerah jati seberang atau kisabrang. Bentuk batang sungkai lurus dengan parit kecil, tetapi kadang-kadang bentuk batangnya jelek akibat serangan hama pucuk, kulit luarnya abu-abu atau sawo muda, beralur dangkal, mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kulit luar penampangnya berwarna kuning, coklat atau merah muda. Rantingnya penuh dengan bulu-bulu.
Ciri yang lainnya adalah bunga dalam kedudukan malai, cabangnya lebar-lebar dan letaknya berpasangan, panjang 20 – 40 cm. bunga letaknya hamper duduk, kelopak bunga agak tertutup rapat dan berbulu. Ukurannya ½ mm – 2 mm, warnaya hijau pada pangkal.

    Stek batang
Stek batang dilakukan dengan memotong batang tanaman induk, selanjutnya batang tersebut ditanam dalam media. Gunakan pisau tajam dalam melakukan pemotongan, jangan dipatahkan dengan tangan. Potongan batang sebaiknya berukuran antara 15 – 20 cm dan memiliki setidaknya 3 atau lebih bakal tunas cabang.

    Cara Kerja Praktikum
    Penyiapan Stek
    Siapkan 6 stek batang muda, kemudian kupas kulit bagian bawahnya sepanjang 1,5 cm secara melingkar.
    Sesudah itu potong bagian ujung atas stek di bagian atas ketiak daunnya secara horizontal, kemudian olesi dengan vaselin. Potong 2/3 jumlah daun stek, tinggalkan 1/3-nya.
    Penyiapan Media Tumbuh
    Campurkan tanah dengan pasir dengan perbandingan 3:1, masukkam ke dalam polybag hingga bagiannya. Lubangi bagian bawah pot.
    Penyiapan ZPT
    Campurkan serbuk Rootone f dangan aquades atau air bersih, lalu aduk perlahan-lahan sampai berbentuk pasta. Setelah itu oleskan pasta tersebut pada pangkal stek yang telah d kupas 9oleskan jangan terlalu tebal).
    Penanaman Stek
    Lubangi media tumbuh dalam pot besar diameter stek. Lalu tanam secara hati-hati, kemudian tekan atau padatkan media di sekitar stek agar stek tidak bergoyang. Letakkan polybag yang telah berisi stek pada tempat yang tidak menerima sinar matahari secara langsung.
    Pemeliharaan
    Siram media tumbuh sesuai dengan kebutuhan air pada kapasitas lapang. Setiap hari 2 x penyiraman ( pagi dan sore).
    Pengamatan
    Lakukan pengamatan terhadap setiap stek dalam hal jumlah tunas, panjang tunas, jumlah akar dan panjang akar utama pada akhir percobaan yaitu 20 hri setelah stek d tanam. Bandingkan hasil yg d peroleh dari penggunaan ZPT dengan hasil yang diperoleh tanpa menggunakan ZPT.

    Hasil

Stek pohon    Dengan ZPT    Tanpa ZPT
    Jml tunas
(helai)    Pj  Tunas
(cm)    Jml akar    Pj akar utama
(cm)    Jml tunas
(helai)    Pj. Tunas
(cm)    Jml akar    Pj akar utama
(cm)
    Jambu air    1    -    -    3    3    -    -    -    -
    Akasia    -    -    -    -    -    -    -    -    -
    Sawo    -    -    -    -    -    -    -    -    -

Pemberian Zat Pengatur Tumbuh pada perbanyakan tanaman melalui stek dapat mempercepat pertumbuhan tanaman Karena Zpt berfungsi merangsang perakaran sehingga akar akan lebih terbentuk. Pemotongan di bagian atas ketiak daun perlu di lakukan Karena daun yang ada pada ketiak daun hanya akan menambah transpirasi yang terjadi, sedangkan untuk masa awal pertumbuhan stek, transpirasi harus dikurangi agar pertumbuhannya lebih berfokus pada pertumbuhan akar dulu, ketika pertumbuhannya akar mulai baik, barulah proses fotosintesis berlangsung dan pertumbuhan akan berlangsung hingga menjadi pohon.

    Pembahasan
Pada praktikum ini selain media tumbuh dan Zat Pengatur Tumbuh ( Zpt), faktor lingkungan juga perlu di perhatikan misalnya; air, suhu, kelembaban udara dan intensitas cahaya. Faktor llingkungann ini mempenguruhi laju pertumbuhan dan laju perkembangan tanaman.  Jumlah tunas antara tanaman control dan perlakuan menunjukkan adanya pengaruh yang tidak berbeda nyata, hal ini menunjukkan bahwa perendaman dalam  tidak berpengaruh terhadap jumlah tunas. Hal ini dimungkinkan karena kandungan hormon endogen sudah optimal untuk memacu proses pembelahan sel dan diferensiasi sel menjadi tunas-tunas baru.
Dalam Perlakuan dan control pada stek batang pada jambu air, akasia dan yang kontrol pada Sawo. Di  samping ada perlakuan dan yang yang control dapat terlihat apakah terjadi perbedaan antara perlakuan itu sendiri atau yang control. Dalam control itu, yaitu stek batang itu sendiri tidak di lakukan perlakuan sama sekali. Berbeda dengan yang perlakuan, yaitu pada stek jambu air dan Akasia.Tetapi tidak terlalu menunjukan perbedaan yang siknipikan.
Auksin yang diberikan secara eksogen tidak mempengaruhi pembentukan tunas, karena pembentukan tunas lebih dipengaruhi oleh adanya sitokinin endogen. Pertumbuhan dan perkembangan dikontrol oleh adanya keseimbangan hormon dalam tanaman.
Inisiasi dan pembentukan tunas dikontrol oleh adanya interaksi antara auksin dan sitokinin. Perbandingan antara auksin dan sitokinin yang tepat akan meningkatkan pembelahan sel dan diferensiasi sel. Kandungan sitokinin dalam sel yang lebih tinggi daripada auksin akan memacu sel untuk membelah secara cepat dan berkembang menjadi tunas, batang, dan tunas.
   

    Kesimpulan
    Pemberian  Zat Pengatur Tumbuh ( Zpt) pada perbanyakan tanaman melalui stek dapat mempercepat pertumbuhan tanaman karena Zpt berfungsi merangsang perakaran sehingga akar lebih cepat terbentuk.
    menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik daripada bahan stek yang berasal dari anakan alam karena bahan stek relatif terpelihara dengan baik dan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup.
     Media tanah alluvial memberikan nilai terbesar pada semua parameter yang diamati dan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik namun membutuhkan penyapihan stek lebih lanjut.
    Interaksi antara asal stek dan jenis media berpengaruh tidak nyata, namun penggunaan asal stek dari alam dan media tanah dan kompos A. mangium 4 : 6 dianjurkan untuk digunakan dalam pembuatan stek tembesu karena lebih efektif dan efisien




























Daftar Pustaka
Widyastuti Netty. 2001. Peranan Beberapa Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Tanaman Pada Kultur In Vitro. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol.3, No.5: hal. 55-63. [25, januari, 2011]
Sandra edi. 2010. Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) pada Kultur Jaringan Tanaman. http://eshaflora.blogspot.com/2010/01/zat-pengatur-tumbuh-zpt-pada-kultur.html. (26 januari 2011).
Anonim. 1965. Zat Pengatur Tumbuh.http: //sugihsantosa.atspace.com/ artikel/zpt.html.(26januari2011)
Setiawa wawan A. 2005. Zat pengatur tumbuh. Biologi FMIPA Universitas Lampung. (26 januari 2011)
Anonim. 2008. Zat Pengatur Tumbuh dalam kultur jaringan. http://www.fp.unud.ac.id/biotek/kultur-jaringan-tanaman/zat-pengatur-tumbuh-dalam-kultur-jaringan. (26 januari 2011)
Wuryaningsih, S. dan T. Sutater.1993. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh dan Pupuk N terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bunga Krisan Standard Warna Putih. Buletin Penelitian Tanaman Hias. Vol I (1) : 47 -56. [26,januari,2011]











PRAKTIKUM II
DORMANSI PADA BIJI

    Landasan Teori
    Klasifikasi Dormansi Biji
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya.
    Berdasarkan faktor penyebab dormansi
    Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
    Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri
    Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji
    Mekanisme fisik
Merupakan dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri; terbagi menjadi:
    mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik
    fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeabel
    kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat


    Mekanisme fisiologis
Merupakan dormansi yang disebabkan oleh terjadinya hambatan dalam proses fisiologis; terbagi menjadi:
    photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya
    immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/belum matang
    thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
    Berdasarkan bentuk dormansi
    Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
    Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp, endocarp
    Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi (misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
    Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi mekanik.
    Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji, raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
    Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji. Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
    Embrio belum masak (immature embryo)
    Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)
    Embrio belum terdiferensiasi
    Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen (afterripening) dalam penyimpanan kering
Dormansi karena kebutuhan akan afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pengupasan kulit.

    Biji Membutuhkan Suhu Rendah
Biasa terjadi pada spesies daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah:
    jika kulit dikupas, embrio tumbuh
    embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
    embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
    perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
    akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin)

    Biji Bersifat Light Sensitive
Cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).



    Kuantitas cahaya
Cahaya dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan perkecambahan pada biji-biji yang positively photoblastic (perkecambahannya dipercepat oleh cahaya); jika penyinaran intensitas tinggi ini diberikan dalam durasi waktu yang pendek. Hal ini tidak berlaku pada biji yang bersifat negatively photoblastic (perkecambahannya dihambat oleh cahaya).
Biji positively photoblastic yang disimpan dalam kondisi imbibisi dalam gelap untuk jangka waktu lama akan berubah menjadi tidak responsif terhadap cahaya, dan hal ini disebut skotodormant. Sebaliknya, biji yang bersifat negatively photoblastic menjadi photodormant jika dikenai cahaya. Kedua dormansi ini dapat dipatahkan dengan temperatur rendah.
    Kualitas cahaya
Yang menyebabkan terjadinya perkecambahan adalah daerah merah dari spektrum (red; 650 nm), sedangkan sinar infra merah (far red; 730 nm) menghambat perkecambahan. Efek dari kedua daerah di spektrum ini adalah mutually antagonistic (sama sekali bertentangan): jika diberikan bergantian, maka efek yang terjadi kemudian dipengaruhi oleh spektrum yang terakhir kali diberikan. Dalam hal ini, biji mempunyai 2 pigmen yang photoreversible (dapat berada dalam 2 kondisi alternatif):
    P650 : mengabsorbir di daerah merah
    P730 : mengabsorbir di daerah infra merah
Jika biji dikenai sinar merah (red; 650 nm), maka pigmen P650 diubah menjadi P730. P730 inilah yang menghasilkan sederetan aksi-aksi yang menyebabkan terjadinya perkecambahan. Sebaliknya jika P730 dikenai sinar infra merah (far-red; 730 nm), maka pigmen berubah kembali menjadi P650 dan terhambatlah proses perkecambahan.

    Photoperiodisitas
Respon dari biji photoblastic dipengaruhi oleh temperatur:
    Pemberian temperatur 10-200C : biji berkecambah dalam gelap
    Pemberian temperatur 20-300C : biji menghendaki cahaya untuk berkecambah
    Pemberian temperatur >350C : perkecambahan biji dihambat dalam gelap atau terang
Kebutuhan akan cahaya untuk perkecambahan dapat diganti oleh temperatur yang diubah-ubah. Kebutuhan akan cahaya untuk pematahan dormansi juga dapat digantikan oleh zat kimia seperti KNO3, thiourea dan asam giberelin.

    Dormansi Karena Zat Penghambat
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah.

    Teknik Pematahan Dormansi Biji
Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Skarifikasi merupakan salah satu upaya pretreatment atau perawatan awal pada benih, yang ditujukan untuk mematahkan dormansi, serta mempercepat terjadinya perkecambahan biji yang seragam (Schmidt, 2000). Upaya ini dapat berupa pemberian perlakuan secara fisis, mekanis, maupun chemis. Hartmann (1997) mengklasifikasikan dormansi atas dasar penyebab dan metode yang dibutuhkan untuk mematahkannya.

Tipe dormansi    Karakteristik    Contoh spesies    Metode pematahan dormansi
            Alami    Buatan
Immature embryo    Benih secara fisiologis belum mampu berkecambah, karena embryo belum masak walaupun biji sudah masak    Fraxinus excelcior, Ginkgo biloba, Gnetum gnemon    Pematangan secara alami setelah biji disebarkan    Melanjutkan proses fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak (after-ripening)
Dormansi mekanis    Perkembangan embryo secara fisis terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras    Pterocarpus, Terminalia spp, Melia volkensii    Dekomposisi bertahap pada struktur yang keras    Peretakan mekanis
Dormansi fisis    Imbibisi/penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit biji/buah yang impermeabel    Beberapa Legum & Myrtaceae    Fluktuasi suhu    Skarifikasi mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia
Dormansi chemis    Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang menghambat perkecambahan    Buah fleshy (berdaging)    Pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah    Menghilangkan jaringan buah dan mencuci bijinya dengan air
Foto
dormansi    Biji gagal berkecambah tanpa adanya pencahayaan yang cukup. Dipengaruhi oleh mekanisme biokimia fitokrom    Sebagian besar spesies temperate, tumbuhan pioneer tropika humida seperti eucalyptus dan Spathodea    Pencahayaan    Pencahayaan
Thermo
dormansi    Perkecambahan rendah tanpa adanya perlakuan dengan suhu tertentu    Sebagian besar spesies temperate, tumbuhan pioneer daerah tropis-subtropis kering, tumbuhan pioneer tropika humida    Penempatan pada suhu rendah di musim dingin
Pembakaran
Pemberian suhu yang berfluktuasi    Stratifikasi atau pemberian perlakuan suhu rendah
Pemberian suhu tinggi
Pemberian suhu berfluktuasi





    Tujuan Praktikum
    Mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras dengan perlakuan fisik dan kimia.

    Bahan dan Alat Praktikum
    Bahan
    Biji kelengkeng
    H2SO4 pekat
    Kapas kertas saring
    Alat
    Cawan petri
    Pinset
    Amplas (alat penggosok)
    Tinjauan Pustaka
    Keterangan botanis tanaman
Lengkeng (Dimocarpus longan) termasuk ordo Sapindales, famili Sapindaceae, genus Dimocarpus yang dikenal dengan nama daerah kelengkeng. Kelengkeng adalah tanaman buah-buahan yang berasal dari daratan Asia Tenggara.
Pohon lengkeng dapat mencapai tinggi 40 m dan diameter batangnya hingga sekitar 1 m. Berdaun majemuk, dengan 2-6 pasang anak daun, sebagian besar berbulu rapat pada bagian aksialnya. Tangkai daun 1-20 cm, tangkai anak daun 0,5-3,5 cm. Anak daun bulat memanjang, panjang lk. 1-5 kali lebarnya, bervariasi 3-45 × 1,5-20 cm, mengertas sampai menjangat, dengan bulu-bulu kempa terutama di sebalah bawah di dekat pertulangan daun.
Perbungaan umumnya di ujung (flos terminalis), 4-80 cm panjangnya, lebat dengan bulu-bulu kempa, bentuk payung menggarpu. Mahkota bunga lima helai, panjang hingga 6 mm. Buah bulat, coklat kekuningan, hampir gundul; licin, berbutir-butir, berbintil kasar atau beronak, bergantung pada jenisnya. Daging buah (arilus) tipis berwarna putih dan agak bening. Pembungkus biji berwarna coklat kehitaman, mengkilat. Terkadang berbau agakkeras.
    Cara Kerja Praktikum
    Tiap jenis biji diberi 5 perlakuan : control (tanpa perlakuan), pengamplasan; skarifikasi selama 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Untuk setiap perlakuan digunakan paling sedikit 10 biji (selanjutnya dianggap selama 10 ulangan)
    Pengamplasan biji dihilangkan sebagai kulit luarnya pada bagian yang tidak berlembaga dengan cara digosok menggunakan amplas, kemudian dikecambahkan dalam cawan petri yang sudah diberi kapas/kertas saring lembab yang bersih (untuk masing-masing 10 biji)
    Skarifikasi : biji direndam dlam larutan H2SO4 pekat selama 5 menit (masing-masing 10 biji), 10 menit (10 biji) dan 15 menit (10 biji). Kemudian biji-biji tersebut ditiriskan dan dikecambahkan dalam cawan petri. Memindahkan biji dari larutan H2SO4 pekat harusmengunakan pinset (jangan menggunakan tangan langsung)
    Kontrol : biji langsung diletakan dalam cawan petri untuk dikecambahkan
    Air untuk perkecambahan diganti setiap hari (disiram setiap hari)
    Amati kapan biji mulai berkecambah dan jumlah biji yang berkecambah untuk tiap kelompok perlakuan. Amati juga perubahan yang lain dari biji (misalnya terjadi perubahan warna, berjamur dsb)
    Percobaan diakhiri setelah dua minggu.











    Hasil
Biji Lengkeng    Jenis Perlakuan
    Air Dingin    H₂SO₄
    Mulai berkecambah pada Hari ke 5    Berkecambah    Berkecambah
    % perkecambahan    1 %    1 %
    Jumlah biji rusak ( berjamur )    -    _
    Keterangan lain    1 yang berkecambah    1 yang berkecambah
Biji Saga    Jenis Perlakuan   
    Air Dingin    H₂SO₄
    Mulai berkecambah pada Hari ke-            _
    % perkecambahan    _    _
    Jumlah biji rusak ( berjamur)    _    _
    Keterangan lain       
% Perkecambahan = Jumlah Benih Bekecambah  X


    Pembahasan

Pada Praktikum Dormansi ini,, kelompok kami menggunakan 10 biji Lengkeng, dan 10 biji Saga dengan perlakuan dan Kontrol. Pada biji Lengkeng Hanya ada 1 yang berkecambah di antara 10 biji dari yang di beri perlakuan, dan hanya 1 biji yang berkecambah yang Kontrol, penyebab tidak berkecambah di perkirakan karena pada yang perlakuan dengan pemberian H₂SO₄ pekat mengalami Terbakarnya Biji tersebut. Pada hari ke 3 biji sudah mulai terbakar dengan ciri warna biji hitam gosong, 1 biji yang tumbuh itu pun tumbbuhnya kurang subur.H₂SO₄ pekat terlalu asam untuk biji Lengkeng.
Sedangkan pada biji Saga yang di beri perlakuan tidak ada satu pun yang berkecambah, kemungkinan di karenakan faktor dalam biji itu sendiri, karena belum dewasa embrio biji dan juga biji Saga tersebut mengalami Terbakar di sebabkan H₂SO₄asam pekat dan biji tidak mampu berkonsentrat karena biji terlalu kecil. Tetapi pada Kontrol juga tidak mengalami perkecambahan karena ombrio biji belum dewasa.
Tipe-tipe Dormansi dan cara mematahkannya
    Kulit Biji Keras
Cara mematahkannya ( perlakuan mekanis) Skarifikasi yaitu penambahan H₂SO₄ atau alcohol, perendaman biji
    Adanya penghambat kimiawi ( pemakaian tahan kimiawi) cara mematahkanya ( perlakuan kimia) perlakuan dengan menggunakan bahan kimia sering pula dilakukan untuk memecahkan dormansi pada biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses ambibisi.
    Perlakuan Cahaya
Cara mematahkannya:
Cahaya tidak hanya mempengaruhi persentase perkecambahan benih, tetapi juga laju perkecambahan, pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumla cahaya dan panjang hari pengaruh cahaya ini tidak menyebabkan memecahkan dormansi benih, cahahya merah lebih efektif dalan memecahkan selada, sedangkan cahaya biru terutama cahaya anfrared sangat mempengaruhi perkecambahan.
    Perlakuan suhu rendah, cara mematahkannya:
Keadaan dormansi pada beberapa benih dapat diatasi dengan penberian efek dari temferatur rendah dan agak tinggi perlakuan.Temperature rendah / chilling ini sering digunakan untuk menghilang dormansi benih stratifikasi.

    Kesimpulan
Dormansi pada biji dapat berlangsung selama beberapa hari, semusim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung pada jenis tanaman dan tipe dari dormansinya atau sebelumnya dikenakan suatu perlakuan khusus terdapat biji tersebut.Dormansi dapat di pandang sebagai salah satu keuntungan biologis dari biji dalam mengadaptasi siklus pertumbuhan tanaman terhadap keadaan lingkungan, baik musim maupun variasi-variasinya dan kebetulan terjadi.





Daftar Pustaka
Anonim. 2004. FisiologiTumbuhanDormansi Pada Biji.http//2IIldashsiro.Blogspot.Com(25 Januari 2011).
Wikipedia bahasa Indonesia. 2010. Dormansi. http://id.wikipedia.org/wiki/ Dormansi.(26,januari,2011)
Firmanpilo. 2010. Dormansi Pada Benih Tanaman Pangan Dan Cara Praktis Membangkitkannya. http://id.shvoong.com/books/1931131-dormansi-pada-benih-tanaman-pangan/. (26 januari 2011)
Sibarani. 2010. Dormansi Benih pada tanaman. http://vansaka.blogspot.com /2010/04/dormansi-benih-pada-tanaman .html.(26,januari,2011)
Anonim. 2010. Tipe Dormansi Benih. http://www.silvikultur.com /2010/11/tipe-dormansi-benih/. (26 januari 2011)
Anonim. 2010. Akhir Masa Dormansi. http://email90.wordpress.com /2009/02/19/akhir-masa-dormansi/.(26 januari 2011).
Aleh Muhammad Salim. 2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah. (26 Januari 2011) .












PRAKTIKUM III
PENGARUH OSMOTIK KOSENTRASI GARAM HARA TERHADAP
ABSORBSI AIR DAN PERTUMBUHAN TANAMAN

    Landasan Teori
Osmosis/osmotik adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang membran. Osmosis merupakan suatu fenomena alami, tapi dapat dihambat secara buatan dengan meningkatkan tekanan pada bagian dengan konsentrasi pekat menjadi melebihi bagian dengan konsentrasi yang lebih encer. Gaya per unit luas yang dibutuhkan untuk mencegah mengalirnya pelarut melalui membran permeabel selektif dan masuk ke larutan dengan konsentrasi yang lebih pekat sebanding dengan tekanan turgor. Tekanan osmotik merupakan sifat koligatif, yang berarti bahwa sifat ini bergantung pada konsentrasi zat terlarut, dan bukan pada sifat zat terlarut itu sendiri.
Osmosis adalah suatu topik yang penting dalam biologi karena fenomena ini dapat menjelaskan mengapa air dapat ditransportasikan ke dalam dan ke luar sel. Salinitas tanah merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan degradasi tanah. Efek salinitas terlihat sangat dominan pada daerah arid dan semi-arid, yang disebabkan oleh manajemen air yang buruk di dalam daerah irigasi.
Ketahanan suatu tanaman terhadap salinitas merupakan hasil dari potensial osmotik dan efek kekuatan ion, yang besarnya berbeda untuk setiap spesies tumbuhan. Pengurangan potensial osmotik sel tumbuhan dengan akumulasi solut netto, dianggap sebagai suatu mekanisme utama untuk mentoleransi kandungan garam yang lebih tinggi. Pengurangan potensial osmotik ini dapat ditelusuri sebagai hasil akumulasi dari aktivitas ion-ion anorganik seperti: Na+, Cl-, dan K+ dan solut organik yang cocok (karbohidrat, asam amino, prolin, betain, dll).
Potensial osmotik antara akar dan daun berkontribusi dalam sistem penyerapan air dan tekanan turgor sel tumbuhan. Selain itu, air di dalam sel tumbuhan yang menjadi berkurang akibat akumulasi solut tersebut, memiliki hubungan langsung dengan derajat homeostatis dari ion-ion, nisbah C/N, pemindahan radikal bebas, serta stabilisasi makromolekul dan organel sel.
Air merupakan sumber kehidupan, tanpa air tidak ada makhluk yang dapat bertahan hidup temasuk tumbuhan. Tumbuhan memanfaatkan air dengan cara mengabsorbsinya melalui partikel-partikel tanah. Proses ini dapat berlangsung karena adanya perbedaan potensial air antara akar dan tanah itu sendiri. Besarnya potensial air dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah potensial osmotik.  Potensial Osmotik terjadi disebabkan oleh adanya bahan terlarut dalam tanah atau larutan yang dapat menurunkan energi bebas air karena ion dan molekul bahan terlarut yang menarik molekul-molekul air (Sutandi, 2006).

    Tujuan Praktikum
    Melihat pengaruh osmotic dari beberapa konsentrasi garam hara terhadap absorbsi air dan pertumbuhan tanaman.

    Bahan dan Alat Praktikum
    Bahan
    14 kecambah kacang hijau yang berumur 10 hari.
    Bahan kimia: 500 ml larutan CaCl2 0,5 M
    Alat
    7 botol kultur dengan sumbat yang dilubangi sebanyak 2 lubang.
    Kapas



    Tinjauan Pustaka
    Osmosi
Osmosis adalah pergerakan molekul-molekul air melalui selektif- permeabel membran menuruni air gradien potensial . [1] Lebih khusus, ia adalah gerakan air melintasi membran permeabel selektif dari daerah tinggi potensial air (rendah solut konsentrasi) ke daerah potensial air rendah (konsentrasi zat terlarut tinggi).
    absorbsi
Akar mengabsorbsi air dengan cara osmotis. Oleh karena itu absorbsi air oleh tumbuhan mungkin dilakukan dengan mengendalikan potensial air larutan dimana akar itu berada. Jika PO larutan luar lebih rendah dari PO sel-sel akar, maka air dapat masuk dari larutan ke dalam system akar. Dengan meningkatnya konsentrasi zat-zat terlarut air ke dalam akan menjadi lebih lambat sampai arah pergerakan air mungkin akan terbalik (Ismail, 2009).
    Konsentrasi Garam Hara
Garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kekurangan unsur Na+ dan Cl- dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman (Sipayung, 2003).

    Cara Kerja Praktikum
    Dari larutan baku CaCl2 0,5 M dibuat masing-masing 200 ml larutan berkonsentrasi 0,01 ; 0,02 ; 0,03 ; 0,05 ; 0,1 dan 0,2 M
    Masukan masing-masing larutan kedalam botol kultur dan beri table. Satu botol dipakai sebagai control, istilah dengan air biasa saja
    Ambil 14 kecambah kacang hijau berumur ± 10 hari, pilih yang sehat dan baik pertumbuhannya
    Kedua lubang pada tutup botol masing-masing dimasuki 1 kecambah kacang hijau. Untuk mengganjal tanaman agar selalu tegak dengan akar yang terendam dalam larutan, maka pergunakan kapas. Jaga agar kapas tidak mengenai larutan, lakukan hal ini untuk semua kultur
    Ukur dan catat panjang batang ditas kotiledon dengan penggaris millimeter.
    Berilah tanda tingginya cairan pada tiap-tiap botol kultur.
    Setiap 2 hari lihat keadaan cairan, tambahkan air distilat sampai pada tingkat semula, catat volume cair yang d tambahkan dan amati kenampakan tanaman.
    Setelah 1 minggu keluarkan tanaman dan tentukan panjang batang d atas kotiledon, amati keadaan tanaman dan tentukan juga total air yang d tambahkan, buatlah tabel yang menunjukkan hubu8ngan antara pertumbuhan batang dan banyaknya air yang terserap pada masing-masing perlakuan.


Cara pembuatan CaCl₂ 0,5 m
Sebanyak 1 liter
0,5 m     = mol / 1 L
Mol      = 0,5 x mol CaCl₂
Mol     = gr/Bm
0,5 mol = gr/40 + ( 3,5 x 2 )
Gr = 0,5 x 111 = 55,5 CaCl₂
Timbang 55,5 gr CaCl₂ dilarutkan dalam labu takar 1 L
Cara pengenceran 0,1 m sebanyak 200 ml
M₁.V₁ = m₂.v₂
0,5 m . v₁ = 0,1 m . 0,2 L
V₁ = 0,02 L / 0,5 = 0,04 L = 40 ml

Pertama ambil larutan CaCl₂ 0,5 ml sebanyak 40 ml, masukan dalan Labu takar sebanyak 200 ml tambahkan aquades sebanyak 200 ml. dari larutan baku CaCl₂ o,5 m dibuat masing-masing 200 ml berkonsentrasi 0,01; 0,02; 0,03; 0,05; 0,1; dan 0,2 M. kemudian masukkan masing-masing larutan kedalam botol aqua dan di beri lebel. Dan satu botol dipakai sebagai control, kemudian di isi dengan air biasa sebanyak 200 ml. selanjutnya, ambil 20 kecambah kacang hijau berumur ± 10, kemudian tutup botol di lubangi masimg-masing di masuki 2 kecambah kacang hijau. Kemudian di lakukan pengukuran panjang batang di atas Kotiledon dengan penggaris millimeter.Selanjutnya di beri tanda tingginya cairan pada tiap-tiap botol. Setiap 2 hari di lihat keadaan cairan, tambahkan air destilat sampai pada tingkat semula, kemudian catat air yang di tambahkan dan amati kenampakan tanaman.  Setelah 1 minggu keluarkan tanaman dan tentukan panjang batang diatas kotiledon, amati keadaan tanaman dan tentukan juga botol air yang di tambahkan, selanjutnya di buat tabel yang menunjukan hubungan antara pertumbuhan batang dan banyaknya air yang terserap pada masing-masing perlakuan.

    Hasil
Dik: m₁ =0,5
    V₂ = 0,2 L
    Perlakuan untuk 0,01
m₁.V₁ = m₂.V₂
0,5.V₁ = 0,01 x 0,2
0,5.V₁ = 0,002
V₁        = 0,002/0,5    = 0,004    = 4 ml
    Perlakuan untuk 0,02
m₁.V₁ = m₂.V₂
0,5.V₁ = 0,02 x 0,2
0,5.V₁ = 0,004
V₁        = 0,004/0,5    = 0,008    = 8 ml
    Perlakuan untuk 0,03
m₁.V₁ = m₂.V₂
0,5.V₁ = 0,03 x 0,2
0,5.V₁ = 0,006
V₁        = 0,006/0,5    = 0,012    = 12 ml

    Perlakuan untuk 0,05
m₁.V₁ = m₂.V₂
0,5.V₁ = 0,05 x 0,2
0,5.V₁ = 0,01
V₁        = 0,01/0,5    = 0,02    = 20 ml
    Perlakuan untuk 0,1
m₁.V₁ = m₂.V₂
0,5.V₁ = 0,1 x 0,2
0,5.V₁ = 0,02
V₁        = 0,02/0,5    = 0,04    = 40 ml

    Perlakuan untuk 0,2
m₁.V₁ = m₂.V₂
0,5.V₁ = 0,2 x 0,2
0,5.V₁ = 0,04
V₁        = 0,04/0,5    = 0,08    = 80 ml



Kecambah 1 dan 2         = 0,2
    Air    = 120 ml
        CaCl₂         = 80 ml
Kacambah 5 dan 6         = 0,03
        Air         = 188 ml
        CaCl₂         = 12 ml
Kacambah 7 dan 8         = 0,04
        Air         = 180 ml
        CaCl₂         = 20 ml
Kacambah 9 dan 10         = 0,1
        Air     = 160 ml
        CaCl₂         = 40 ml
Kacambah 11 dan 12         = 0,01
        Air         = 196 ml
        CaCl₂        = 4 ml
Kacambah 13 dan 14         = 0,02
        Air         = 192 ml
        CaCl₂         = 8 ml

Hari ke / tgl    Pertambahan panjang tanaman    Keadaan tamanan    Gelas aqua ke-    Banyak air terserap
5-01-2011    1cm
1cm
2 cm
1cm
1 cm
1 cm
1 cm
1 cm    Baik
Baik
Baik
Baik
    Baik  (2) mati
Baik
Kerdil
Baik
    Baik (2) Mati    1
2
3
4
5
6
7
8    -
-
-
-
-
-
-
-

7-01-2011    2 cm
2 cm
1 cm
3 cm
1 cm
2 cm
2 cm
2 cm
    Baik
Baik
Kerdil
Baik
Kerdil
Baik
Baik
    Baik (2) mati    1
2
3
4
5
6
7
8    0,2 cm
0,3 cm
-
-
-
-
-
-

9-01-2011    3 cm
3 cm
2 cm
3 cm
3 cm
3 cm
2 cm
3 cm    Baik
Baik
    Baik (2) mati
Baik
Baik
Baik
Kerdil
Baik    1
2
3
4
5
6
7
8
    0,3 cm
0,3 cm
0,2 cm
-
-
-
-
-

11-01-2011    1cm
1cm
1 cm
1 cm
1 cm
2 cm
3 cm
3 cm
    Baik
baik
baik
baiak
(1)baik (2) mati
Baik
    Baik (2) mati
Baik
    1
2
3
4
5
6
7
8
    -
0,4 cm
0,3 cm
-
-
-
-
-


    Pembahasan
Semakin tinggi CaCl₂, pertambahan tinggi tanaman semakin menurun. Hambatan pertumbuhan tanaman tersebut diduga disebabkan oleh terlarutnya garam CaCl₂, sehingga menurunkan potensial air, yang mengakibatkan tanaman sulit menyerap, sehingga dapat menghentikan pertumbuhan sel. Selain itu juga menyebabkan rusaknya membrane sel, yang menyebabkan sifat selektivitas membrane sel berkurang, keadaan ini dapat mengakibatkan pengambilan ion dan dapat meracuni tanaman. Perkecambahan yang berumur 10 hari alasannya untuk percobaan ini karena kecambah yang sudah berumur 10 hari batang dan akarnya sudah tegak atau kuat untuk melakukan untuk percobaan.Apalagi daun sudah ada sehingga daun yang baru beberapa hari daunnya belum ada dan masih berbentuk kotiledon, batang dan akarnya belum tegak atau kuat.


    Kesimpulan
Pemberian CaCl₂ pada tamanan mengakibatkan pertambahan tinggi tanaman semakin menurun, Hambatan pertumbuhan tanaman tersebut diduga disebabkan oleh terlarutnya garam CaCl₂, sehingga menurunkan potensial air, yang mengakibatkan tanaman sulit menyerap, sehingga dapat menghentikan pertumbuhan sel.
















Daftar Pustaka
Anonim. 2010. Peranan Air bagi Tanaman [Terhubung berkala]. http://daunmudha.blogspot.com/2010/02/peranan-air-bagi-tanaman.html (26 Januari 2011).
Stelle Bellissime. 2010. Pengaruh Osmotik Konsentrasi Garam Hara Terhadap Absorbsi Air Dan Untuk Pertumbuhan Tanaman. http://arcturusarancione.wordpress.com/2010/06/28/pengaruh-osmotik-konsentrasi-garam-hara-terhadap-absorbsi-air-dan-untuk-pertumbuhan-tanaman/. (26 januari 2011).
Aslam Munadry. 2011.  Pengaruh Osmotik Konsentrasi Garam Hara. http://munadryaslam.blogspot.com/2011/01/pengaruh-osmotik-konsentrasi-garam-hara.html. (26 januari 2011).
Aslam Munadry. 2011.  Potensial Osmotik Cairan Sel. http://munadryaslam.blogspot.com/2011/01/potensial-osmotik-cairan-sel.html. (26 januari 2011).















PRAKTIKUM IV
TRANSPORTASI AIR DALAM TUMBUHAN

    Landasan Teori
Transportasi tumbuhan adalah proses pengambilan dan pengeluaran zat-zat ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah (misal ganggang) penyerapan air dan zat hara yang terlarut di dalamnya dilakukan melalui seluruh bagian tubuh. Pada tumbuhan tingkat tinggi (misal spermatophyta) proses pengangkutan dilakukan pembuluh pengangkut yang terdiri dari xylem dan phloem.
Tumbuhan memperoleh bahan dari lingkungan untuk hidup berupa O2, CO2, air dan unsur hara. Kecuali gas O2 dan CO2  zat diserap dalam bentuk larutan ion. Mekanisme proses penyerapan dapat belangsung karena adanya proses imbibisi, difusi, osmosis dan transpor aktif.
Imbibisi : merupakan penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding selnya akan mengembang.  Misal masuknya air pada biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam.
Diffusi : gerak menyebarnya molekul dari daerah konsentrasi tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah (hipotonik). Misal pengambilan O2 dan pengeluaran CO2 saat pernafasan, penyebaran setetes tinta dalam air.
Osmosis : proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi rendah (hipotonik) ke daerah yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) melalui membran semipermiabel. Membran semipermiabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa ditembus oleh air dan zat tertentu yang larut di dalamnya. Keadaan tegang yang timbul antara dinding sel dengan dinding isi sel karena menyerap air disebut turgor, sedang tekanan yang ditimbulkan disebut tekanan turgor. Untuk sel tumbuhan bersifat selektif semipermiabel. Setiap sel hidup merupakan sistem osmotik. Jika sel ditempatkan dalam larutan yang lebih pekat (hipertonik) terhadap cairan sel, air dalam sel akan terhisap keluar sehingga menyebabkan sel mengkerut. Peristiwa ini disebut plasmolisis.
Transpor aktif : pengangkutan lintas membran dengan menggunakan energi ATP, melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+ (pompa ion) serta protein kontraspor yang akan mengangkut ion Na+ bersama melekul lain seperti asam amino dan gula. Arahnya dari daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Misal perpindahan air dari korteks ke stele. 
    Pengangkutan Zat Melalui Xylem     
Pengangkutan zat pada tumbuhan dibedakan menjadi :
    Pengangkutan vaskuler (intravaskuler) : pengangkutan melalui berkas pembuluh pengangkut.
    Pengangkutan ekstravaskuler : pengangkutan air dan garam mineral di luar berkas pembuluh pengangkut. Pengangkutan ini berjalan dari sel ke sel dan biasanya dengan arah horisontal. Di dalam akar pengangkutan ini melalui :
bulu akar    epidermis   korteks  endodermis    xylem.
Penganngkutan ekstravaskluler dibedakan :
    transportasi/lintasan apoplas : menyusupnya air tanah secara bebas atau transpor pasif melalui semua bagian tak hidup dari tumbuhan (dinding sel dan ruang antar sel)
    transportasi/lintasan simplas : bergeraknya air dan garam mineral melalui bagian hidup dari sel tumbuhan (sitoplasma dan vakoula).

Air dan garam mineral akan diangkut ke daun melalui pembuluh kayu (xylem). Komponen utama penyusun xylem adalah elemen pembuluh (trakea) dan trakeid. Trakea dan trakeid merupakan sel-sel yang mati karena tidak mempunyai sitoplasma dan hanya mempunyai dinding sel. Sel trakea terdiri atas tabung yang berdinding tabal dan membentuk suatu pembuluh. Sel trakeid merupakan sel dasar penyusun xylem, yang terdiri dari sel memanjang dan berdinding keras karena mengandung lignin. Pada beberapa tempat dinding sel trakeid terdapat bagian-bagian yang tidak menebal yang disebut noktah.
Selain trakea dan trakeid xylem juga mengandung sel parenkim (parenkim kayu) yang merupakan sel hidup dan berfungsi untuk menyimpan bahan makanan. Xylem juga mengandung serabut kayu yang berfungsi sebagai penguat (penyokong).
Proses pengangkutan air dan zat zat terlarut hingga sampai ke daun pada tumbuhan dipengaruhi oleh :
    daya kapilaritas : pembuluh xylem yang terdapat pada tumbuhan dianggap sebagai pipa kapiler. Air akan naik melalui pembuluh kayu sebagai akibat dari gaya adhesi antara dinding pembuluh kayu dengan molekul air.
    daya tekan akar : tekanan akar pada setiap tumbuhan berbeda-beda. Besarnya tekanan akar dipengaruhi besar kecil dan tinggi rendahnya tumbuhan (0,7  -  2,0  atm). Bukti adanya tekanan akar adalah pada batang yang dipotong, maka air tampak menggenang dipermukaan tunggaknya.
    daya hisap daun : disebabkan adanya penguapan (transpirasi) air dari daun yang besarnya berbanding lurus dengan luas bidang penguapan (intensitas penguapan).
    pengaruh sel-sel yang hidup

Tumbuhan mengeluarkan cairan dari tubuhnya melalui 3 proses, yaitu :
    Transpirasi : adalah terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara bebas (evaporasi). Transpirasi dipengaruhi oleh :
    Faktor luar, meliputi :
    kelembaban udara : semakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi semakin lambat. Pada saat udara lembab transpirasi akan terganggu, sehingga tumbuhan akan melakukan gutasi
    suhu udara : semakin tinggi suhu maka transpirasi semakin cepat.
    intensitas cahaya : semakin banyak intensitas cahaya maka transpirasi semakin giat.
    kecepatan angin : semakin kencang angin maka transpirasi semakin cepat.
    kandungan air tanah
    Faktor dalam, meliputi :
    ukuran (luas) daun
    tebal tipisnya daun
    ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun
    jumlah stomata
    jumlah bulu akar (trikoma)
Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau transpirometer.
    Gutasi : adalah pengeluaran air dalam bentuk tetes-tetes air melalui celah-celah tepi atau ujung tulang tepi daun yang disebut hidatoda/ gutatoda/ emisarium. Terjadi pada suhu rendah dan kelembaban tinggi sekitar pukul 04.00 sampai 06.00 pagi hari. Di alami pada tumbuhan famili Poaceae (padi, jagung, rumput, dll)
    Perdarahan : adalah pengeluaran air cairan dari tubuh tumbuhan berupa getah yang disebabkan karena luka atau hal-hal lain yang tidak wajar. Misalnya pada penyadapan pohon karet dan pohon aren.
    Pengangkutan Melalui Floem
Air dan zat terlarut yang diserap akar diangkut menuju daun akan dipergunakan sebagai bahan fotosintesis yang hasilnya berupa zat gula/ amilum/ pati. Pengangkutan hasil fotosintesis berupa larutan melalui phloem secara vaskuler ke seluruh bagian tubuh disebut translokasi.
Untuk membuktikan adanya pengangkutan hasil fotosintesis melewati phloem dapat dilihat dari pada proses pencangkokan. Batang yang telah kehilangan kulit (floem) mengalami hambatan pengangkutan akibat terjadinya timbunan makanan yang dapat memacu munculnya akar apabila bagian batang yang terkelupas kulitnya tertutup tanah yang selalu basah.


Beberapa tumbuhan menyimpan hasil fotosintesis pada akarnya atau batangnya. Pada umumnya jaringan phloem tersusun oleh 4 komponen, yaitu :
    buluh tapis
    sel pengiring
    parenkim phloem
    serabut-serabut

    Tujuan Praktikum
    Mengetahui jaringan pengangkut yang berperan dalam transportasi air dari bagian bawah tumbuhan menuju daun.

    Bahan dan Alat Praktikum
    Bahan
    Stek pucuk Ipomoea sp (30 cm)
    Vaselin
    Air bersih
    Alat
    Botol aqua
    Mistar
    Gelas ukur
    Sterofom
    Cutter
    Spidol
    Pelubang gabus (corkborer)
    Tinjauan Pustaka
Transportasi dari organ – organ tumbuhan ( terutama daun ) berlangsung hamper sepanjang waktu lebih – lebih pada siang hari.
Ada dua macam jaringan tumbuhan yaitu xylem dan floem, xylem adalah jaringa pengangkut yang mengangkut air dan mineral dalam tanah menuju daun. Sedangkan floem mengangkut zat – zat organic hasil proses dari daun ke seluruh bagian tanaman yang memerlukan.


Ciri-ciri xylem adalah :
    Berkar pengangkut dan trakeid yang memiliki dinding sel tebal mengangkut lignin dan merupakan pengangkut air.
    Trakeid berbentuk sel memanjang, serupa dengan serat tapi berdiameter besar.
    Pada penampang melintang berkas pengangkut tampak besar dan bulat pada jaringan xylem.
    Trakeid sulit dibedakan dengan serat/berkas pengangkut ( kecuali, untuk ukuran yang berbeda)
Ciri-ciri floem adalah :
    Banyak sel – sel yang berbentu tubular, memanjang dengan dinding tipis.
    Sel-sel ini aktif ketika muda, tapi jika sieve tube member menua, inti hilang tapi sitoplasma masih ada.
Faktor – faktor yang mempengaruhi transportasi :
    Daya kapilaritas yaitu kemampuan naiknya  cairan didalam pipa kapiler karena adanya adhesi ( daya tarik menarik antara molekul tidak sejenis ) dan kohesi ( daya tarik menarik sejenis). Air dan zat terlarut dapat diangkut keatas karena adanya adhesi lebih besar dan berkohesi.
    Daya hisap daun yaitu kemampuan daun untuk meningkatkan aliran air dari akar ke daun pada saat transpirasi atau penguapan. Molekul air dari akar sampai ke daun berderet secara kesinambungan seolah-olah membentuk rantai molekul air.
    Teori vital ( pengaruh sel hidup) yaitu pengangkutan air dari akar ke daun terjadi karena pengaruh sel-sel hidup seperti sel parenkim dan jari-jari empulur di sekitar xylem.
    Daya tekanan akar yaitu kemampuan akar mendorong air dalam xylem akar menuju keatas, da hasil aktifitas sel-sel efidermis dengan rambut akarnya yang terus - menerus menyerap air dan zat terlarut dalam tanah dan menyebabkan konsentrasi air dan tekanan turgor sel akan meningkat. Meningatnya konsentrasi air dan tekanan turgor sel akar menyebabkan terjadinya dorongan air ke atas menyebabkan tejadinya dorongan air ke atas didalam pembuluh xylem.
Faktor transportasi yaitu :
    Air dan zat terlarut dapat diangkut ke atas karena adanya adhesi lebih besar dari kohesi
    Molekul air dari akar sampai ke daun berderat secara berkesinambungan seolah – olah membentuk rantai molekul ar.
    Meningkatnya konsentrasi air dan tekanan tugor sel akar menyebabkan terjadinya dorongan air keatas didalam pembuluh xylem.
    Menurut Dison – joly yaitu naiknya air keatas di dalam xylem disebabkan karena adanya transpirasi di daun yang mengakibatkan molekul air didaun berkurang yang akan segera di isi oleh molekul – molekul air di bawahnya.


    Cara Kerja Praktikum
    Siapkan 6 buah botol aqua yang sudah bersih dengan bentuk dan ukuran yang seragam. Berilah tanda tera pada setiap botol berupa garis-garis horizontal berjarak 0,5 cm antara satu dengan yang lainnya, kemudian beri angka dari atas kebawah dari 0... 1… 2… dan seterusnya. Angka 0 berjarak sekitar 5 cm dari mulut botol.
    Isi botol-botol tersebut dengan air bersih sampai tanda tera.
    Siapkan tutup botol dari gabus sebanyak 6 buah. Kemudian beri lubang kecil di bagian tengahnya. Diameter lubang kecil ini disesuaikan dengan diameter batang stek kerangkungan yang akan dijadikan bahan percobaan.
    Siapkan 6 stek kerangkungan sebagai berikut:
    Potong stek dengan panjang yang seragam.
    Seragamkan jumlah daun stek.
    Potong dan kupaslah bagian bawah stek dengan pisau.
    Selipkan batang stek melalui lubang gabus penutup.
    Dengan segera perlakuan-perlakuan stek-stek itu sbb:
    2 stek ditutup floemnya dengan vaselin
    2 stek ditutup xilemnya dengan vaselin
    2 stek sisanya dibiarkan saja xylem dan floemnya
    Letakkan stek satun per satu pada botol sedemikian rupa sehingga ujung bawah semua stek tercelup kedalam air dengan kedalaman yang sama (kurang lebih 5 cm).
    Tutup rapat semua celah diantara gabus penutup dan dinding mulut botol dengan vaselin, demikian juga celah diantara batang stek dan gabus penutup.
    Beri label pada setiap botol sesuai dengan perlakuan terhadap stek yang ditanam di situ. StFb untuk stek yang tertutup xylem dan floemnya, StFb untuk stek yang xilemnya tertutup dan floemnya terbuka, dan SBFb untuk stek xylem dan floemnya terbuka.
    Letakkan botol-botol tersebut ditempat yang terdapat cukup sinar matahari.

    Hasil
Tanggal/hari ke-    Perlakuan Kontrol
    Air yang terpakai    Kondisi Daun    akar
10/01/2011
(1)    -    segar    _
11-01-2011
(2)   
0,4    segar    _
12-01-2011
(3)    0,4    segar    _
13/01/2011
(4)    0,5
    segar    _
14/01/2011
(5)    0,5    segar    _
15/01/2011
(6)    0,6    segar    _
16/01/2011
(7)    0,7    segar    _
17/01/2011
(8)    2    segar    _
18/01/2011
(9)    2    segar    _





Tanggal/hari ke-    Perlakuan Xylem terbuka
    Air yang terpakai    Kondisi Daun    akar
10/01/2011
(1)    -    Segar    _
11-01-2011
(2)    0,25    Segar    _
12-01-2011
(3)    0,5    Segar    _

13/01/2011
(4)    0,5    Segar    _
14/01/2011
(5)    0,5    Segar    _
15/01/2011
(6)    0,80    Segar    _
16/01/2011
(7)    -    Segar    _
17/01/2011
(8)    1    segar    _
18/01/2011
(9)    1,5    segar    Belum menunjukan akar, kemungkinan perlu waktu yang agak lama



Tanggal/hari ke    Perlakuan floem terbuka
    Air yang terpakai    Kondisi Daun    akar
10/01/2011
(1)    -    segar    _
11-01-2011
(2)    -    segar    _
12-01-2011
(3)    0,4    segar    _
13/01/2011
(4)    0,1    segar    _
14/01/2011
(5)    0,5    segar    _
15/01/2011
(6)    0,60    segar    _
16/01/2011
(7)    0,75    segar    _
17/01/2011
(8)    1,0    Segar    _
18/01/2011
(9)    1,25    Segar    Mulai ada akar






    Pembahasan
Pada praktikum ini kelompok kami menggunakan bahan stek pucuk bunga bogenfil sepanjang 30 cm. dengan perlakuan yang berbeda-beda yaitu:
    1 Perlakuan control, kondisi daunnya segar dan hari pertama pengamatan sampai hari akhir percobaan. Air yang terpakai selama proses transportasi pada tumbuhan, tinggi pemakaian airnya ada yang sama dan ada yang berbeda. Hal ini disebabkan karena stek pucuk menyerap tidak terlalu laju, tetapi agak melambat. Dan akarnya baru mulai ada setelah pengamatan hari terakhir.
    1 stek pucuk di tutup floemnya dengan vaselin, yang kondisi daunnya segar mulai dari pengamatan hari pertama sampai akhir percobaan. Dan air terpakai selama proses transportasi pada tumbuhan, tidak setiap hari terpakai karena ada tinggi airnya tetap untuk mengukur hari selanjutnya. Hal ini disebabkan karena stek menyerap air tidak seimbang karena salah satu fungsi pengangkutannya atau transportasinya tertutup. Dan akarnya belum ada pada hari terakhir, kemungkinan perlu waktu yang cukup lam untuk pertumbuhan akarnya.
    1 stek ditutup xylemnya dengan vaselin, kondisi daunnya segar hari pertama pengamatan sampai hari percobaan. Air yang terpakai selama proses transportasi pada pertumbuhan angka tinggi pemakaian airnya tidak ada yang sama. Hal ini disebabkan karena stek menyerap air makin banyak tiap harinya. Dan akarnya baru milai tumbuh setelah pengamatan hari terakhir.


    Kesimpulan
Pada praktikum transportasi air dalam tumbuhan pemakaian airnya berbeda-beda karena tergantung jenis perlakuan yang diberikan pad asetiap stek pucuk. Pada perlakuan yang diberikan pada setiap stek pucuk. Pada perlakuan control dan floem terbuka, akarnya mulai muncul pada hari terakhir pengamatan dan pada perlakuan xylem terbuka akar belum muncul sampai hari terakhir pengamatan, kemungkina perlu waktu yang lama untuk melihat pertumbuhan akar.


















Daftar Pustaka
Brittlate. 2007. Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman. http://www.forumsains.com/artikel/sistem-transportasi-dan-transpirasi-dalam-tanaman/. (26 januari 2011).
AnggraeniSri. 2007. Transportasi &Transpirasipada tumbuhan Transportasi &Transpirasipada tumbuhan.(26 januari 2011).
Anonim. 2008. Pengangkutan Pada Tumbuhan.(26 januari 2011).
Brittlate. 2007. Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman. http://www.forumsains.com/index.php?page=sistem-transportasi-dan-transpirasi-dalam-tanaman. (26 januari 2011).
Rizal Rinaldi. 2010. Transportasi Air pada Tumbuhan. http://rinaldi89.blogspot.com/2010/01/transportasi-air-pada-tumbuhan.html. (26 januari 2011).

.


PRAKTIKUM V
TRANSPIRASI

    Landasan Teori
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan. Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
    Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata);
    Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin).
Ruang interseluler udara dalam daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar melalui stomata.
Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin.
Struktur anatomi daun memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak air dari pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun (stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang berdekatan dalam daun.
Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien dalam memanfaatkan air.

    Tujuan Praktikum
    Tujuan dari praktikum ini untuk mengukur transpirasi dengan metode penimbangan, metode kobalt klorida dan metode semi kuantitatif untuk mengetahui kecepatan serta perbedaan kecepatan atau laju transpirasi kedua permukaan daun sampel.

    Bahan dan Alat Praktikum
    Bahan
    Larutan CaCl2
    Tanaman sampel
    Air
    Minyak
    Vaselin
    Alat
    Oven
    Plastik
    Penjepit kertas
    Petridisch
    Timbangan
    Pengukur waktu
    Botol
    Enviromental chamber

    Tinjauan Pustaka
Transpirasi adalah proses terlepasnya air dalam bentuk uap air melalui stomata dan kutikula ke udara bebas (evaporasi). Transpirasi dipengaruhi  oleh :
    Faktor luar, meliputi :
    kelembaban udara : semakin tinggi kelembaban udara maka transpirasi semakin lambat. Pada saat udara lembab transpirasi akan terganggu, sehingga tumbuhan akan melakukan gutasi
    suhu udara : semakin tinggi suhu maka transpirasi semakin cepat.
    intensitas cahaya : semakin banyak intensitas cahaya maka transpirasi semakin giat.
    kecepatan angin : semakin kencang angin maka transpirasi semakin cepat.
    kandungan air tanah

    Faktor dalam, meliputi :
    ukuran (luas) daun
    tebal tipisnya daun
    ada tidaknya lapisan lilin pada permukaan daun
    jumlah stomata
    jumlah bulu akar (trikoma)
Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan zat hara terlarut, demikian pula sebaliknya. Alat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui daun disebut fotometer atau transpirometer.

    Cara Kerja Praktikum
    Pengukuran transpirasi dengan metode penimbangan
    Potonglah cabang tanaman sepanjang 25-30 cm yng berdaun beberapa helai, segera masukkan pangkal tersebut kedalam air, kemudian potong pangkal tersebut 5 cm didalam air.
    Pindahkan cabang tanaman tersebut ke dalam botol berisi air, kemudian masukkan secar perlahan beberapa ml minyak ke dalam botol sehingga seluruh permukaan air dalam botol tertutup lapisan minyak.
    Timbanglah seluruh system ini dan tempatkan system tersebut di dalam environmental chamber dan biarkan selama 15 menit.
    Setelah 15 menit timbanglah kembali system tersebut.
    Hitinglah selisih berat system sebelum dan sesudahnya, hitung luas daun seluruhnya. hitung jumlah air yang di transpirasikan per cm2 daun per menit.
Rumus:Laju Transpirasi= (berat awal-berat akhir)/(luas daun (cm^2)) ∶15 menit

    Hasil
Dik : berat awal sampel 1: 245,4 Gram
  berat akhir sampel 1: 244,8 Gram
  berat awal sampel 2: 237,5 Gram
  berat akhir sampel 2: 237 Gram
  luas daun sampel 1 : 73,8 cm
  luas daun sampel 2 : 62,60 cm
 waktu 15 menit
Dit : laju transpirasi sampel 1 dn sampel 2
Jawab :
laju transpirasi  (berat awal-berat akhir)/(luas daun) X waktu

sampel 1=  (245,4-244,8)/72 X 15

= 2,123 cm2/menit

sampel 2= (237,5-237 )/62,69 X 15

= 0,119 cm2/menit

    Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan terlihat jelas adanya perbedaan berat awal dan berat akhir hal ini dikarenakan adanya transpirasi yang dilakukan pada daun accasia, sehingga penguapan air yang terjadi akibat transpirasi menyebabkan air semakin berkurang karena diserap oleh batang
    Kesimpulan
Pada praktikum transportasi air dalam tumbuhan pemakaian airnya berbeda-beda karena tergantung jenis perlakuan yang diberikan padasetiap stek pucuk.Pada perlakuan yang diberikan pada setiap stek pucuk. Pada perlakuan control dan floem terbuka, akarnya mulai muncul pada hari terakhir pengamatan dan pada perlakuan xylem terbuka akar belum muncul sampai hari terakhir pengamatan, kemungkina perlu waktu yang lama untuk melihat pertumbuhan akar.



Daftar Pustaka

Anonim. 2009. Transpirasi.http://klimatologi.wordpress.com /2009/01/02/transpirasi/. (26 januari 2011).
Lestarini Resti. 2010. Transpirasi Pada Tumbuhan. http://restilestarinilovekorea.blogspot.com/2010/10/transpirasi-pada-tumbuhan-pendahuluan.html. (26 januari 2011).
Jaya Karta. 2010. Transpirasi. http://sigotomnauli. blogspot.com /2010/04/transpirasi.html. (26 januari 2011).



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan keritik dan saranya untuk perbaikan blog ini kedepan,terimakasih.