Minggu, 12 Februari 2012

laporan praktek inventarisasi hutan

BAB I
DASAR TEORI

A.    Inventarisasi Hutan
Inventarisasi Hutan adalah kegiatan pengumpulan dan penyusunan data dan fakta mengenai sumber daya hutan untuk perencanan pengelolaan sumber daya tersebut.
Ruang lingkup Inventarisasi Hutan meliputi : survei mengenai status dan keadaan fisik hutan, flora dan fauna, sumber daya manusia, serta kondisi sosial masyarakat di dalam dan disekitar hutan. Inventarisasi hutan wajib dilaksanakan karena hasilnya digunakan sebagai bahan perencanan pengelolaan hutan agar diperoleh kelestarian hasil.
Hirarki inventarisasi hutan adalah

Inventarisasi hutan tingkat Nasional, Inventarisasi hutan tingkat Wilayah, Inventarisasi hutan tingkat Daerah Aliran Sungai, Inventarisasi hutan tingkat Unit Pengelolaan.
Tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data yang akan diolah menjadi informasi yang dipergunakan sebagai bahan perencanaan dan perumusan kebijaksanaan strategis jangka panjang, jangka menengah dan operasional jangka pendek sesuai dengan tingkatan dan kedalaman inventarisasi yang dilaksanakan.
Metode yang digunakan dalam inventarisasi hutan adalah :
1.    Inventarisasi Hutan Nasional dengan systematic sampling 20 km x 20 km, dan bisa dirapatkan menjadi 10 km x 10 km dan 5 km x 5 km.
2.    Inventarisasi Hutan menggunakan metode Systematic Strip Sampling with Random Start, dengan intensitas sampling :
a.    Inventarisasi dalam rangka pencadangan IUPHHK menggunakan metode intensitas sampling 0,3% (apabila belum tersedia hasil penafsiran citra landsat) dan 0,1% (apabila telah tersedia hasil penafsiran citra landsat)
b.    Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan foto udara yang berkualitas baik : 0,05%
c.    Inventarisasi dengan stratifikasi berdasarkan citra satelit TM/SPOT berkualitas baik (penutupan awan < 10%) : 0,1%.
d.    Inventarisasi dengan stratifikasi citra satelit kualitas kurang baik (penutupan awan > 10%) : 0,3%
e.    Inventarisasi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) terdiri dari :
-    RKUPHH sampling dengan intensitas 1%
-    RKLUPHH sampling dengan intensitas 5%
-    RKTUPHH sensus 100%
3.    Inventarisasi hutan tanaman :
a.    Kelas Umur I - II : 0,5%
b.    Kelas Umur III - IV : 1%
c.    Kelas Umur V : 2,5%
d.    Masak tebang miskin riap : 2,5%
4.    Inventarisasi Rotan menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling 0,5 - 1,0%,
5.    Inventarisasi bambu menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling 0,05% (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran potret udara) dan 0,1% (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot).
6.    Inventarisasi Sagu menggunakan metode Systematic Strip Sampling dengan intensitas sampling minimal 2%.
7.    Inventarisasi Nipah menggunakan metode Systimatic Sampling dengan intensitas sampling 0,05 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran potret udara ) dan 0,1 % (apabila telah tersedia peta hasil penafsiran citra landsat TM/Spot).
8.    Inventarisasi fauna menggunakan metoda transek jalur.
Tahapan Pelaksanaan Inventarisasi Hutan :
1.    Tahap persiapan meliputi : penyiapan peta-peta dasar, rescoring dan evaluasi areal, penyiapan bahan, alat dan tenaga/organisasi, penstratifikasian dan penarikan contoh serta penyiapan rencana kerja disertai peta kerja.
2.    Pelaksanaan Lapangan meliputi : pencarian titik awal, diikuti pembuatan unit contoh/jalur serta pengumpulan data pohon /tumbuhan/fauna maupun data penunjang
3.    Pengolahan data
4.    Analisis data
5.    Pelaporan
B.    Suksesi
Suksesi merupakan proses secara terus-menerus yang ditandai banyaknya perubahan dalam vegetasi, tanah dan iklim mikro. Perubahan ini terjadi bersama-sama dan satu dengan yang lain saling berhubungan.
Adanya perubahan pada masyarakat tumbuhan disebabkan oleh aktivitas masing-masing masyarakat di dalam lingkkungannya sendiri. Dijelaskan lebih lanjut bahwa di dalam hutan, pohon-pohon akan meningkat dalam bentuk dan ukurannya sehingga  bersifat menaungi dan akibatnya kelembaban akan bertambah tinggi. Tumbuhan mengambil hara dari dalam tanah dan mengembalikannya ke dalam tanah dalam bentuk yang berbeda. Akumulasi humus, perubahan pH tanah dan kandungan air semuanya akan berubah, akibatnya habitat akan berubah pula.
Selanjutnya dikemukakan bahwa selama proses suksesi berjalan terjadi beberapa macam perubahan, yaitu :
1.    Adanya perkembangan sifat tanah seperti meningkatnya  keasaman tanah, meningkatnya kandungan bahan organik dan meningkatnya perbedaan lapisan tanah.
2.    Meningkatnya komunitas tumbuh-tumbuhan dalam tinggi, massa kayu (biomass), kerimbunan dan perbedaan strata tajuk.
3.    Dengan perkembangan sifat-sifat tanah dan struktur komunitas yang lebih baik, maka produktivitas dan pembentukan bahan organik meningkat.
4.    Adanya perkembangan dari kerapatan, penutupan tajuk dan iklim mikro di dalam komunitas.
5.    Keanekaragaman meningkat dari komunitas sederhana pada tingkat awal suksesi ke komunitas yang kaya pada akhir suksesi.
6.    Populasi meningkat, pergantian suatu populasi oleh populasi lainnya meningkat sampai tingkat yang stabil. Spesies berumur pendek digantikan oleh spesies berumur panjang.
7.    Kestabilan relatif dari komunitas, pada tingkat awal komunitas tidak stabil, dimana populasi secara cepat digantikan oleh populasi yang lain sedangkan populasi akhir biasanya stabil dan dikuasai oleh tumbuhan berumur panjang serta komposisi dari komunitas yang tidak banyak mengalami perubahan.
Odum (1993 : 313) menyebutkan tiga karakteristik suksesi yang berperan penting dalam perkembangan ekosistem, yaitu :
1.    Suksesi merupakan suatu proses perkembangan komunitas yang meliputi perubahan di dalam struktur jenis dan metabolisme komunitas yang searah dengan waktu sehingga dapat diramalkan.
2.    Suksesi merupakan proses induksi komunitas dan organisme yang meneruskan perubahan lingkungan fisik. Perubahan dalam lingkungan fisik menentukan pola dan dasar suksesi di dalam habitat.
3.    Suksesi berperan penting untuk pembentukkan stabilitas komunitas dengan biomass maksimum, keanekaragaman jenis dan penggunaan semua kemungkinan tempat hidup organisma.
Soerianegara dan Indrawan (1987 : 7) membedakan suksesi atas dua bagian, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Suksesi primer merupakan perkembangan vegetasi mulai dari habitat tak bervegetasi hingga mencapai masyarakat stabil atau klimaks, sedangkan suksesi sekunder terjadi apabila klimaks atau suksesi yang normal terganggu atau dirusak. Jika gangguan atau kerusakan itu tidak hebat maka suksesi sekunder ini dapat mencapai klimaks semula, tetapi apabila kerusakan terjadi berat sekali sehingga kondisi klimaks tidak mungkin lagi tercapai, maka terbentuklah apa yang disebut disklimaks.
C.    Teknik sampling
Ada beberapa metode sampling yang biasa dipelajari, yaitu :
1.    Metode Plot (Berpetak)
Suatu metode yang berbentuk segi empat atau persegi (kuadrat) ataupun lingkaran. Biasanya digunakan untuk sampling tumbuhan darat, hewan sessile (menetap) atau bergerak lambat seperti hewan tanah dan hewan yang meliang. Untuk sampling tumbuhan terdapat dua cara penerapan metode plot, yaitu :
a.    Metode Petak Tunggal, yaitu metode yang hanya satu petak sampling yangmewakili suatu areal hutan. Biasanya luas minimum ini ditetapkan dengan dar penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah spesies lebih 5% atau 10%.
b.    Metode Petak Ganda, yaitu pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata (sebaiknya secara sistematik). Ukuran berbeda-beda berdasarkan kelompok tumbuhan yang akan dianalisis. Perbandingan panjang dan lebar petak 2 : 1 merupakan alternatif terbaik daripada bentuk lain.



2.    Metode Transek (Jalur)
Untuk vegetasi padang rumput penggunaan metode plot kurang praktis. Oleh karena itu digunakan metode transek, yang terdiri dari :
a.    Line Intercept (Line Transect), yaitu suatu metode dengan cara menentukan dua titik sebagai pusat garis transek. Panjang garis transek dapat 10m, 25m, 50m atau 100m. Tebal garis transek biasanya 1 cm. Garis transek kemudian dibuat segmen-segmen yang panjangnya 1m, 5m atau 10m. Selanjutnya dilakukan pencatatan, penghitungan dan pengukuran panjang penutupan semua spesies tumbuhan pada segmen-segmen tersebut.
b.    Belt Transect, yaitu suatu metode dengan cara mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi dan elevasi. Transek dibuat memotong garis topografi dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungai atau menaiki dan menuruni lereng pegunungan. Lebar transek 10 – 20m dengan jarak antar transek 200 – 1000m (tergantung intensitas yang dikehendaki). Untuk kelompok hutan yang luasnya 10.000 ha, intensitas yang digunakan 2% dan hutan yang luasnya 1.000 Ha atau kurang intensitasnya 10%.
c.    Strip Sensus, yaitu pada dasarnya sama dengan line transect hanya saja penerapannya ekologi vertebrata terestrial (daratan). Metode ini meliputi berjalan sepanjang garis transek dan mencatat spesies-spesies yang diamati di sepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi (indeks kepadatan).
3.    Metode Kuadran
Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Ada dua macam metode yang umum digunakan :
a.    Point-quarter, yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
b.    Wandering-quarter, yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90°) yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan dan jarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran (Soegianto, 1994).



BAB II
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat Praktikum
Tempat    :    Bukit Loncet (Komp. BLBI) Desa Anjungan
Hari/tanggal    :     Sabtu/3 Mei 2008
Waktu    :    08.00 – selesai

B.    Bahan dan Alat Praktikum
1.    Alat tulis, digunakan untuk menulis
2.    Buku dengan tally sheet, untuk mencatat hasil
3.    Kompas, menentukan arah
4.    Phiben, untuk pengukuran diameter tegakan
5.    Palang sudut, untuk membantu pembuatan petak
6.    Parang, untuk merintis jalan
7.    Kayu ajir, membantu dalam pengompasan
8.    Tali rapia, untuk membuat petak semai, pancang dan tiang dan membantu dalam menentukan panjang jalur.
9.    Abney Level, untuk menghitung tinggi pohon

C.    Metode Praktikum
Metoda yang digunakan adalah metode Garis Berpetak sehingga di dalam jalur-jalur tersebut dibuat petak-petak ukur. Luas petak ukur untuk masing-masing tingkat pertumbuhan adalah sebagai berikut :
1.    Semai (Seedlings) dengan ukuran petak 2 x 2 m
2.    Sapihan atau Pancang (Saplings) dengan ukuran petak 5 x 5 m
3.    Tiang (Poles) atau pohon kecil dengan ukuran petak 10 x 10 m
4.    Pohon (Trees) dengan ukuran petak 20 x 20 m
Petak ukur yang dibuat untuk menghitung kerapatan, frekwensi dan dominansi vegetasi adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Petak Ukur Untuk Pengamatan Vegetasi
D.    Pelaksanaan Praktikum
1.    Membuat garis kompas sepanjang 200m dari starting point kearah 210. Sepanjang garis kompas, dibuat petak pengamatan berukuran 20x 20m secara kontinyu.
2.    Pada petak berukuran 20x20m dibuat lagi petak dengan ukuran 10x10m, 5x5m dan 2x2m.
3.    Pada tiap-tiap petak pengamatan tersebut, Mencatat jenis pohon, jumlah dan diameter serta tinggi pohon dan letaknya yang terdapat di dalam masing-masing petak pengamatan, kemudian dimasukkan ke dalam tabel hasil pengamatan. Untuk letak (tingkat pohon) dibuat peta pohon dengan skala 1:1000.

Pengamatan dilakukan pada setiap tingkat pertumbuhan suatu vegetasi yang dikelompokkan ke dalam :
1.    Tingkat Semai (seedling), yaitu sejak perkecambahan sampai tinggi 1,5 meter.
2.    Tingkat Sapihan atau Pancang (sapling) yaitu tingkat pertumbuhan permudaan yang mencapai tinggi antara 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm.
3.    Tingkat Tiang (poles) atau pohon kecil yaitu tingkat pertumbuhan pohon muda yang berukuran dengan diameter batang antara 10 - 19 cm (dbh).
4.    Pohon (Trees) yaitu tingkat pohon-pohon yang berdiameter batang diatas 20 cm dbh.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
1.    Data Primer Hasil Pengukuran
a.    Semai
Jalur    Petak    Jenis    Jumlah
1          
3B          
5A          
5B    1    Ubah    2
        Medang    2
    2    Ubah    3
    3    Ubah    2
        Amam    1
        Resak    1
        Medang    2
    4    Ubah    2
        Keranji    1
        Medang    2
    5    Keladan    3
        Empedu    1
        Medang    1
    6    Ubah    2
        Medang    1
    7    Ubah    2
        Medang    2
    8    Kosong    -
    9    Kosong    -
    10    Kosong    -
6B    1    Meranti    3
        Ubah    1
    2    Meranti  
        Ubah  
    3    Meranti  
        Ubah  
        Bintangur  
        Nyatoh  
    4    Bintangur  
        Ubah  
        Meranti  
    5    Numpang  
        Ubah  
    6    Nyatoh  
        Meranti  
    7    Meranti  
        Ubah  
    8    Bintangur  
        Meranti  
        Numpang  
    9    Meranti  
        Ubah  
    10    Ubah  
        Meranti  
        Nyatoh  

b.    Pancang
Jalur    Petak    Jenis    Jumlah
1          
3B          
5A          
5B    1    Ubah    2
        Amam    2
        Medang    3
    2    Ubah    2
        Kayu malam    1
    3    Ubah    1
        Amam    2
    4    Kelampai     2
        Keranji    1
        Medang    2
    5    Keladan    3
        Empedu    1
        Medang    1
    6    Ubah    2
        Medang    1
    7    Ubah    2
        Medang    2
    8    Kosong    -
    9    Kosong    -
    10    Kosong    -
6B    1    Meranti  
        Nyatoh  
        Ubah  
    2    Meranti  
        Ubah  
    3    Meranti  
        Ubah  
        Bintangur  
    4    Ubah  
        Meranti  
    5    Meranti  
        Ubah  
    6    Nyatoh  
        Numpang  
    7    Meranti  
        Ubah  
    8    Bintangur  
        Meranti  
    9    Meranti  
        Ubah  
    10    Meranti  
        Nyatoh  
          
          
          
          
          
          
          

c.    Tiang
Jalur    Petak    Jenis    Diameter    LBDS
1              
3B              
5A              
5B              
6B    1    Meranti    18  
        Meranti    8,5  
        Meranti    9  
        Ubah    12  
    2    Ubah    9  
        Nyatoh    12,5  
        Meranti    17,6  
        Meranti    10,5  
        Ubah    15  
    3    Ubah    12  
        Ubah    10,5  
        Ubah    9,6  
        Meranti    18,6  
        Ubah    19  
    4    Nyatoh    16,8  
        Meranti    10,6  
        Meranti    9  
    5    Numpang    11  
        Numpang    9  
        Numpang    12,5  
        Meranti    9,7  
        Ubah    12,1  
    6    Ubah    11,2  
        Bintangur    19  
        Ubah    9,8  
        Numpang    12,4  
        Ubah    9,5  
    7    Meranti    12,6  
        Meranti    11,8  
        Ubah    9,8  
        Numpang    18  
    8    Nyatoh    10  
        Nyatoh    11,9  
        Ubah    18,9  
        Ubah    10,9  
        Bintangur    9  
    9    Meranti    14,8  
        Meranti    15  
        Meranti    9,4  
        Ubah    11  
        Nyatoh    10,5  
    10    Ubah    15  
        Meranti    12  
        Meranti    9,5  
        Ubah    14,5  
        Ubah    13,4  

d.    Pohon
Jalur    Petak    Jenis    Diameter    Tinggi Bebas Cbg
1              
3B              
5A              
5B              
6B    1    Meranti    79.9    16.2
        Ubah    34.3    12.8
        Nyatoh    39.1    12.0
        Nyatoh    40.2    14.3
    2    Ubah    46    13.7
        Meranti    50    12.2
        Ubah    35    11.4
    3    Ubah    58    7.7
        Ubah    50    7.3
        Bintangur    38    8.4
        Numpang    36    6.2
    4    Ubah    38    6
        Numpang    44    10.4
        Bintangur    40    8.6
        Meranti    52    9.9
    5    Meranti    50    10.7
        Ubah    33    13
        Ubah    42    10.5
        Nyatoh    45    13.2
        Numpang    57    16.5
    6    Ubah    45    15.3
        Ubah    62    14.3
        Ubah    35    13.7
    7    Meranti    45    14.4
        Bintangur    59    15.2
        Nyatoh    36    10.5
    8    Ubah    52    15.1
        Ubah    40    12.5
    9    Meranti    36    9.4
        Meranti    45    11.3
        Nyatoh    37    10.7
    10    Ubah    58    16.1
        Meranti    52    15.8
        Meranti    39    11.1

2.    Potensi Setiap Jalur Untuk Seluruh Jenis
Jalur    Volume    Batang
    Vol/Jalur    Vol/    Btg/Jalur    Btg/
1              
3B              
5A              
5B              
6B              
              
              
              
              
              
              
              
              
              
              
              
              
              

3.    Potensi Masing-Masing Jenis Setiap Jalur
Jenis Ubah

Jenis Meranti

4.    Potensi Per Kelas Diameter Seluruh Jenis
Kelas Diamenter 0 - 40

Kelas Diamenter 40 Up

5.    Taksiran Volume Per Hektar

6.    Taksiran Jumlah Batang Per Hektar Seluruh Jenis

7.    Taksiran Volume Per Hektar Masing-Masing Jenis

8.    Taksiran Jumlah Batang Per Hektar Masing-Masing Jenis

9.    Taksiran Volume Per Hektar Seluruh Jenis Berdasarkan Kelas Diameter

10.    Taksiran Jumlah Batang Per Hektar Seluruh Jenis Berdasarkan Kelas Diameter

B.    Pembahasan



BAB IV
SIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Inventarisasi hutan. www.dephut.go.id diakses tanggal 6 Mei 2008
Irwanto. 2007. Analisis Vegetasi Untuk Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung Pulau Marsegu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Provinsi Maluku. Tesis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Waskitha. 2000. Buku Ajar Inventarisasi Hutan. Universitas Tanjungpura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan keritik dan saranya untuk perbaikan blog ini kedepan,terimakasih.