Minggu, 12 Februari 2012

Laporan Praktek Pemuliaan Pohon

I.    PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Metode untuk mendapatkan benih – benih unggul adalah pemuliaan pohon. Dalam program pemuliaan kita memilih pohon yang memiliki sifat –sifat yang kita harapkan dan mengarahkan seleksi dan pembiakan untuk menghasilkan pohon – pohon yang lebih unggul dalam sifat – sifat tertentu. Maka pemuliaan  lebih dikenal dengan seleksi. (Irwanto,2010)
Sengon (Paraserianthes falcataria) adalah  salah satu jenis yang.dimamfaatkan dalam pengusahaan HTI. Hal ini didorong oleh keunggulan yang dimiliki sengon. Sengon dapat dimafaatkan sebagai

bahan baku berbagai industri pulp. Jenis ini merupakan jenis yang dapat tumbuh pada berbagai kondisi tempat tumbuh ,bahkan pada areal yang kurang produktif sekalipun sengon dapat tumbuh baik.
Pengetahuan tentang besarnya keragaman genotipe dalam suatu populasi merupakan modal penting dalam program pemuliaan tanaman, karena keragaman genotipe mencerminkan besarnya potensi dan kecepatan dari populasi tersebut untuk menerima perbaikan. Populasi dengan keragaman genotipe rendah mencirikan bahwa anggota populasi tersebut secara genetis relatif homogen sehingga seleksi untuk mendapatkan tanaman unggul akan sulit dilakukan. Untuk dapat menentukan besarnya kergaman genotipe suatu populasi perlu diketahui komponen-komponen yng menyusun keragaan individu tanaman penyusun populasi.
Persilangan akan mengakibatkan timbulnya populasi keturunan yang bersegregasi. Adanya segregasi ini berarti ada perbedaan genetik pada populasi, sehingga merupakan bahan seleksi, guna meningkatkan sifat. Generasi keturunan yang bersegresi dapat berbeda karena perbedaan macam persilangan.
Keragaman yang dapat diamati pada suatu individu tanaman merupakan perwujudan dari faktor genetis yang menjadi ciri bawaan dari tanaman tersebut (genotipe) dan faktor lingkungan yang menjadi tempat tumbuhnya. Secara sederhana hubungan tersebut dapat dilambangkan sebagai berikut :
P = G + E
Dimana P adalah keragaman yangdapat diamati (fenotipe), G adalah ciri genetis tanaman (genotipe) dan Enviroment adalah lingkungan. Oleh karena hanya P yang dapat diukur secara langsung maka untuk mengetahui besarnya G dan Enviroment diperlukan penguraian. Penguraian fenotipe menjadi komponen G dan Enviroment tidak mungkin dilakukan berdasarkan pengamatan langsung individu tanaman, karena G maupun Enviroment tidak dapat diamati secara langsungTeknik analisis yang paling banyak digunakan untuk tujuan pemuliaan tanaman atau tujuan diatas adalah teknik analisis varians yang diikuti dengan penguraian komponen varians. Berdasarkan analisis varians tersebut dapat diketahui besar dan kebermaknaan genotipe, namun belum diketahui besarnya sumbangan keragaman genotipe tersebut terhadap keragaman fenotipenya. Oleh karena itu, ada satu parameter genetis yang masih perlu ditaksir, yaitu heretabilitas ( H2 ) atau daya waris (dalam hal ini adalah heretabilitas dalam arti luas).
Nilai H2 menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk menerima perbaikan dan memiliki nilai antara 0 dan 1, jika H2 = 1 berarti bahwa keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena adanya perbedaan genotipe, sebaiknya jika H2 = 0 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena pengaruh lingkungan yang beragam. Kriteria heretabilitas : 0 – 20 (rendah) ; 20 – 50 (sedang) ; >50 (tinggi).
1.2    Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dari praktikum pemuliaan pohon ini adalah untuk mengetahui keragaman atau hertabilitas yang terjadi pada tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria) Praktikum ini diharapkan mampu memberikan petunjuk dasar bagi mahasiswa untuk melakukan kegiatan pemuliaan pohon.
Manfaatnya adalah setelah diketahui nilai heritabilitas adalah diperoleh informasi dalam menetukan program pemuliaan yang tepat. Dengan kata lain pendugaan nilai heritabilitas dapat digunakan untuk menentukan metodei yang tepat.

II.    TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka.
2.1.1    Tanaman Sengon (Paraserianthes falcataria)
Paraserianthes falcataria atau sengon merupakan tanaman kayu yang dapat mencapai diameter cukup besar apabila telah mencapai umur tertentu. Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat nitrogen meningkat Sengon dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah,termasuk tanah kering, tanah lembap dan bahkandi tanah yang mengandung garam dan asam selama drainasenya cukup. Di Jawa, sengon dilaporkan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah kecuali tanah grumusol. Pada tanah latosol, andosol, alluvial dan podzolik merah kuning, sengon tumbuh sangat cepat. Di tanah marjinal, pupuk mungkin diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan awal; setelah itu, pertumbuhan sengon akan lebih cepat karena kemampuan untuk mengikat
Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas. Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Jenis ini di tanam dengan tujuan untuk reboisasi, untuk, membangun potensi daerah serta Negara dan yang utama sebagai bahan baku industri perkayuan.
Jenis Paraserianthes falcataria banyak ditanam di daerah tropis yang merupakan species pionir, terutama terdapat dihutan-hutan daerah daratan rendah sekunder atau hutan pegunungan rendah. Nama umum di negara lain: Puah (Brunei); Albizia,  batai, Indonesian albizia, moluca, paraserianthes,  peacock plume, white albizia (Inggris); kayu  machis (Malaysia); white albizia (Papua Nugini); falcata, moluccan sau (Filipina).

 Klasifikasi tanaman Paraserianthes falcataria yaitu :
Divisi        : Spermatophyta
  Sub divisi          : Angiospermae
    Kelas            : Dicotyledonae
      Bangsa              : Fabales
        Famili                : Fabaceae
          Sub famili        : Mimosoidae
            Marga          : Paraserianthes
              Jenis              : Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen 
2.1.2    Media
Kesesuaian tanah sebagai media tumbuh tanaman tidak hanya tergantung pada ketersediaan unsur hara dalam jumlah cukup dan tidak hanya senyawa beracun, melainkan juga tergantung pada ketersediaan serta mobilitas udara, air, dan sifat – sifat tanah. Lebih lanjut tanah harus gembur, cukup lunak dan sarang agar perkembangan akar tidak ada hambatan. Bahan organik berpengaruh spesifik pada pertumbuhan tanaman dengan kemampuan melarutkan unsur hara mikro (Fe, Zn, Mg) dan beberapa hara makro (K, P, Ca), meningkatkan populasi mikroba dan pengaruh terhadap agregasi mineral tanah (Andalasari 1997).
Karena Tanah merupakan salah satu faktor yang menentukan pertumbuhan tanaman, karena tanaman menunjang tegak dan hidupnya tanaman. Pada suatu lokasi dengan iklim yang cocok untuk suatu tanaman, maka tanah merupakan faktor berikutnya yang menentukan pertumbuhan tanaman.
Penggunaan media tanah ultisol sebagai media semai, kurang mendukung pertumbuhan bibit yang baik, karena ultisol dikategorikan sebagai tanah masam dengan ciri bereaksi masam, unsur hara rendah, kadar bahan organik rendah, kejenuhan basa rendah dan kadar besi, almunium dan mangannya tinggi (Hardjowigeno 2003). Umumnya tanah masam memiliki kemampuan fiksasi fosfor yang tinggi, sehingga ketersediaan unsur tersebut menjadi rendah. Rendahnya ketersediaan P tersebut menjadi pembatas pertumbuhan tanaman di tanah masam (Widiastuti 2004).

2.1.3    Hertabilitas
Heritabilitas atau daya waris adalah besaran bagi pengaruh keragaman genetik terhadap keragaman fenotipik dalam suatu populasi biologis. Besaran ini tidak berdimensi dan dinyatakan sebagai nisbah (rasio) dari dua varians (ragam). Dalam praktik genetika terapan dikenal dua macam heritabilitas: heritabilitas arti luas, berupa nisbah varians genotipik terhadap varians fenotipik, dan heritabilitas arti sempit, berupa nisbah varians genetik aditif terhadap varians fenotipik. (Anonim, 2009)
Heritabilitas adalah proporsi besaran ragam genetic terhadap besaran total ragam genetic ditambah dengan ragam lingkungan. Heritabilitas dalam arti luas yaitu memperhatikan keragaman genetic total dalam kaitannya dengan keragaman fenotip. Heritabilaitas dalam arti sempit yaitu merupakan yang menjadi focus perhatian adalah keragaman yang diakibatkan oleh peran gen aditif yang merupakan bagian dari keragaman genetic total.nilai heritabilitas tergantung kepada unit referensi yang digunakan. Biasanya dalam pemuliaan tanaman unit referensi yang digunakan dapat berupa individu tanaman, satu petakan tunggal, petak berulang dalam lingkungan tunggal. (Anonim, 2011)
Heretabilitas yang disebutkan terdahulu dapat dikatakan mempunyai arti luas, karena mempelajari keragaman genotipa yang berarti pengaruh semua gen dilibatkan secara bersama-sama. Sedang dalam meningkatkan sifat tanaman sering ingin diketahui adanya kegiatan gen-gen tertentu yang mempengaruhi perbaikan sifat yang diinginkan. Pada suatu persilangan dengan adanya penyatuan gen dari tetua yang berbeda, timbul suatu interaksi antara gen itu sehingga memberikan nilai tambah pada sifat yang dikendalikannya. Nilai tambah inilah yang penting artinya dalam memperbaiki sifat yang dimaksud (Anonim ,2005)
Hubungan Heretabilitas dengan penentuan metode seleksi yang akan diterapkan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.    Bila nilai heritabilitas tinggi, maka metode seleksi yang paling tepat  digunakan adalah metode seleksi masssa, sebaliknya bila rendah digunakan metode silsilah.
2.    Bila ragam epistasi tinggi, maka metode yang tepat adalah metode seleksi di antara famili dan pemuliaan galur
3.    Bila peran gen dominant lebih menonjol maka program pemuliaan diarahkan untuk pembuatan galur silang-dalam untuk membentuk hibrida.
4.    Bila ragam interaksi genetic dan lingkungan, maka program pemulia diarahkan untuk mendapatkan varietas yang sesuai dengan wilayah ekologis tertentu.
5.    Heritabilitas dalam arti sempit dapat digunakan untuk menduga kemajuan genetic harapan akibat seleksi. (Anonim, 2011)
Heritabilitas dirumuskan sebagai berikut:
H² = σ² GFI
                    σ² PFI
Keterangan:
H²    : Heritabilitas
σ² GFI : Kergaman Genotipe
σ² PFI    : Kergaman Fenotipe
    Sedangkan Wright membagi variasi genetik ke dalam dua kategori ,yaitu variasi genetic adtif dan variasi genetic non aditif dan merumuskan heritabilitas secara matematis sebagai berikut :
H² =                                      Variasi Genetic  Aditif   
Variasi Lingkungan + Variasi Aditif + Variasi Genetic Non Aditif
    Falcomer (1981) memberikan batasan dari defenisi heritabilitas dengan membedakannya ke dalam dua kategori ,yaitu:
1.    Heritabilitas dalam arti luas
Heritabilitas dalam arti luas merupakan perbandingan dari ragam genetic total
2.    Hertabilitas dalam arti sempit
Heritabilitas dalam arti sempit merupakan perbandingan dari ragam genetik aditif dengan ragam fenotipe .

    Falcomer (1981) Pengertian heritabilitas dalam arti luas dan sempit tersebut  dapat dituliskan menjadi model persamaan linear aditif sebagai berikut :

H² (dalam arti luas ) = VG
                    VP
 H²(dalam arti sempit) = VA   
                     Vp



















III.    METODE PRAKTIKUM

3.1    Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dilaksanakan di Areal kampus depan Laboratorium Komputer Fakultas kehuanan. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 5 Oktober 2011, kemudian pengamatan dimulai setelah 2 minggu penanaman benih dan dilakukan setiap 2 minggu sekali selama 2 bulan.
3.2    Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam peraktikum ini, antara lain:
    Penggaris untuk mengukur tinggi tanaman
    Polybag untuk media tanam
    Tanah bakar
    Benih Sengon (Paraserianthes falcataria)
    Kertas label
    Alat tulis.
3.3    Prosedur Kerja
Prosedur pelaksanaan praktikum ini melalui beberapa tahapan atau proses, antara lain:
1)    Benih Sengon (Paraserianthes falcataria) di rendam untuk memilih benih yang baik untuk ditanam.
2)    Siapkan tanah bakar dan masukkan pada pollybag yang tersedia sebanyak 30 buah.
3)    Tanam benih sengon (Paraserianthes falcataria) pada setiap polybag yang telah terisi tanah bakar, dan beri label pada setiap polybag sesuai nomor seedlot yang telah ditentukan. Kemudian biarkan selama 2 minggu hingga tumbuh menjadi benih (sirami dengan air untuk pemeliharaannya).
4)    Ukur pertumbuhan tinggi masing-masing benih setiap 2 minggu setelah masa penanaman sebanyak 4 kali pengukuran dalam waktu 2 bulan.
5)    Catat hasil pengukuran, kemudian data dianalisis untuk mengetahui hertabilitas yang terjadi pada tanaman sengon (Paraserianthes falcataria
IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1    Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan yang dilampirkan diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 1. Sidik Ragam
SV    db    JK    RK
           
Famili    9    9,22    1,02
Blok    6    484,62    80,77
Error    54    45,99    0,85
Total    69    539,83   

    Derajat bebas
Db Famili        = 10 – 1 = 9
Db Blok        = 7 – 1 = 6
Db Error        = (10 – 1).(7 – 1) = 54
    Faktor Koreksi    = 3332,838
    Jumlah Kuadran
Jk Famili         = 9,22
Jk Blok        = 484,62
Jk Error + Blok    = 530,61
Jk Error        = 45,99
    Rerata kuadran
RK Famili        = 1,02
RK Blok        = 80,77
RK Error        = 0,85

    Heritabilitas
σ2 G = (RK Famili - RK Error) / Jumlah Blok    = 0,02
                   
σ2 F = RK Error / Jumlah Blok         = 0,12
               
Dari data tersebut diperoleh nilai Hertabilitas (H2)
=    σ2 G/( σ2 E )        
=    0,02/(0,12)        
=    0,167             
                  
4.2    Pembahasan
Dari hasil pengamatan kami memperoleh data tentang tinggi, Heretabilitas digunakan untuk mengetahui apakah pada sesuatu populasi terdapat keragaman genetik atau tidak. Heretabilitas juga digunakan sebagai langkah awal pada pekerjaan seleksi terhadap populasi yang bersegregasi. Populsi dengan heretabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya dengan heretabilitas rendah masih harus dinilai tingkat rendahya ini, yaitu bila terlalu rendah, hampir mendekati 0, berarti tidak akan banyak berarti pekerjaan seleksi tersebut.
Pada pengamatan tinggi tanaman, σ2G (keragaman genotif) sebesar 0,02. keadaan tersebut sangat kecil pengaruh kegenetiknya atau hampir tidak ada keragaman genetiknya atau pengaruh genetik. H2 = 0,167 berarti keragaman fenotiopnya seluruhnya timbul karena pengaruh lingkungan yang memang beragam.
Dari hasil perhitungan yang dilakukan, dapat kita ketahui bahwa dipengaruhi oleh lingkungan yang memang beragam (pengaruh lingkungan yang besar), selain jumlah buku subur yang pengaruh keragaman genotifnya tinggi. Dari data tersebut menunjukkan bahwa nilai hertabilitas dari tanaman sengon (Paraserianthes falcataria) mengenai tinggi tanaman dapat dilihat analisisnya bahwa nilai heretabilitasnya rendah (0-20)



V. PENUTUP

5.1    Kesimpulan
1.    Heretabilitas digunakan untuk mengetahui apakah pada sesuatu populasi terdapat keragaman genetik atau tidak.
2.    Sifat kuantitatif umumnya cenderung mempunyai heretabilitas tinggi, sebaliknya sifat kuantitatif mempunyai heretabilitas rendah.
3.    Dari hasil perhitungan yang dilakukan, ketahuai bahwa  criteria  Tinggi tanaman sengon yang dinilai itu dipengaruhi oleh lingkungan yang memang beragam (pengaruh lingkungan yang besar
4.    Nilai H2 menunjukkan besarnya potensi dari populasi untuk menerima perbaikan dan memiliki nilai antara 0 dan 1, jika H2 = 1 berarti bahwa keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena adanya perbedaan genotipe, sebaiknya jika H2 = 0 berarti keragaman fenotipe seluruhnya timbul karena pengaruh lingkungan yang beragam.
5.    Populsi dengan heretabilitas tinggi memungkinkan dilakukan seleksi, sebaliknya dengan heretabilitas rendah masih harus dinilai tingkat rendahya ini, yaitu bila terlalu rendah, hampir mendekati 0, berarti tidak akan banyak berarti pekerjaan seleksi tersebut.
6.    Kriteria heretabilitas : 0 – 20 (rendah) ; 20 – 50 (sedang) ; >50 (tinggi).
5.2    Saran
1.    Kriteria yang dihitung sebaiknya jangan hanya tinggi tanaman tetapi ditambahan dengan kriteria yang lain
2.    Perlu penanganan yang baik dalam pengamatan yang dilakukan karena faktor pertumbuhan sangat terpengaruh oleh faktor internal dan eksternal.




DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005 http:// www.edpsciences.org /articles/forest/abs /2005/05/F5053. html. [Diakses 25 Januari 2012]

Anonim. 2009. Variasi Genetik. http:// I:\blog-evolusi-dan-seleksi-alam.php.htm. [Diakses 21 Januari  2012]

Anonim 2010. http://www.forestry.auburn.edu/sfnmc/class/fy614/storage.html. [Diakses 25 Januari 2012]

Anonim 2011. http://laporanpraktikumpertanian.blogspot.com/2011/11/laporan-prakt [Diakses 15 Desember 2011]

Heyne. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia III. Dirjen Balitbang Kehutanan. Jakarta

Hidayat, dkk. 2010. Pemuliaan Pohon. www. google search.com. [Diakses 24 November 2011]

Irwanto, 2010 http://www. freewebs.com/irwanto forester/tanamanhutan. pdf.[(Diakses 29 Januari 2012]

Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan. November 2008. Vol. 2 No. 3, Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Evaluasi Awal Uji Keturunan Sengon (Falcataria moluccana).

Rusfidra. 2006. Manfaat Hertabilitas dalam Pemuliaan. www.bung-hatta.info.com. [Diakses 29 Januari 2012]

Nasir ,M.2001.Pengantar Pemuliaan  Tanaman .Dirjen Pendidikan Tinggi DepaertemenPendidikan Nasional. Jakarta

Yandi 2010. http://yandi-rimbawan.blogspot.com [Diakses 29 Januari 2012].






Lampiran 1. Foto Praktikum



Tanaman Sengon dalam pollybag




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diharapkan keritik dan saranya untuk perbaikan blog ini kedepan,terimakasih.