gambar kegiatan

 ini adalah kenangan kamek ketika berkunjung ke tugu ali anyang di ambawang.
kanan ( Andi saputra ), tengah ( pironi ginanda putra ) kiri ( Ilyas )

menilik sejarah monument pahlawan alianyang
(Berita Daerah - Kalimantan) - Pada 3 September 1945, dini hari, di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, sekelompok pemuda melakukan aksi penyergapan dan perlawanan menggunakan teknik "cicak merayap" warisan dari tentara Jepang kepada para bekas Heiho.

Aksi penyergapan dan perlawanan ditujukan kepada anggota Penjaga Keamanan Oemoem (PKO), sebuah organisasi sejenis Poh An Tui (PAT), organisasi yang membela kepentingan warga China. Anggota PKO terdiri atas warga Tionghoa yang dikabarkan hendak menguasai sistem pemerintahan di Kalimantan Barat.

Seorang pemuda yang ikut dalam penyergapan dan perlawanan tersebut dikenal bernama Ali Anyang. Ia seorang Dayak kelahiran Desa Nanga Manantak, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, pada 20 Oktober 1920.


Seorang pemuda yang ikut dalam penyergapan dan perlawanan tersebut dikenal bernama Ali Anyang. Ia seorang Dayak kelahiran Desa Nanga Manantak, Kecamatan Ambalau, Kabupaten Sintang, pada 20 Oktober 1920.

Ali Anyang bernama asli Anjang, merupakan putra kelima dari tujuh anak pasangan suami istri Lakak dan Liang. Orang tua Anjang adalah orang kampung yang tinggal di hutan pedalaman Kabupaten Sintang.


 ini acara pesta di rumah kawan kamek, makan bubur pedas coyyyy...asyeekkkk....personil yang hadir hendriadi, ilyas, andi, gigin, ogiek, galuh, deki yama dan tuan rumah alfin.

  

ada usia delapan tahun, Anjang diangkat oleh pasangan Muslim keluarga Raden Mas Suadi Djoyomiharjo. Ia adalah seorang kepala sekolah di Kabupaten Sintang. Kemudian Anjang berganti nama menjadi Mohammad Ali Anyang.

Sejak diangkat sebagai anak oleh keluarga Suadi, Ali Anyang selalu ikut kemana pun keluarga guru tersebut hidup berpindah-pindah. Dari Sintang pindah ke Pontianak, dan bersekolah di sekolah Holland Inlandsche School (HIS) dengan pengantar Bahasa Belanda.


Ali Anyang termasuk murid yang rajin dan pintar. Setelah tamat di HIS, ia mampu mengikuti pelajaran di Sekolah Juru Rawat, Centrale Burgerlijke Ziekem Inrichting (CRZ) atau rumah sakit umum Pemerintah di Semarang.

Setelah tamat sekolah perawat tersebut, Ali Anyang kembali ke kampung halamannya di Kalbar dan bekerja di Rumah Sakit Umum Sungai Jawi Pontianak.


Selama bekerja di rumah sakit tersebut, ia dipercaya Dokter Soedarso, pimpinan rumah sakit yang juga seorang pejuang dan Ketua Pemuda Penyongsong Republik Indonesia (PPRI).