BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan hutan rakyat
bertujuan untuk rehabilitasi lahan dan konservasi tanah serta peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pembangunan hutan rakyat pada awalnya dilakukan
dengan proyek kegiatan penghijauan. Namun setelah masyarakat merasa mendapat
keuntungan ekonomi, maka masyarakat mengembangkan sendiri sehingga terbentuklah
sentra-sentra hutan rakyat. Masyarakat mengembangkan hutan rakyat dengan model
yang berbeda-beda. Pemilihan model tersebut didasarkan pada
pengalaman petani yang diduga berdasarkan kesesuaian jenis dengan lokasi tempat tumbuh, kebiasaan petani dan pasar kayu. Hutan rakyat telah memperbaiki kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi petani dan masyarakat. Namun demikian, pengembangan hutan rakyat sangat spesifik sehingga pengembangannya harus memperhatikan kondisi biofisik, sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, dan preferensi petani terhadap pola hutan rakyat yang dikembangkan.
pengalaman petani yang diduga berdasarkan kesesuaian jenis dengan lokasi tempat tumbuh, kebiasaan petani dan pasar kayu. Hutan rakyat telah memperbaiki kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi petani dan masyarakat. Namun demikian, pengembangan hutan rakyat sangat spesifik sehingga pengembangannya harus memperhatikan kondisi biofisik, sosial, ekonomi, budaya, kelembagaan, dan preferensi petani terhadap pola hutan rakyat yang dikembangkan.
Perkembangan hutan rakyat tidak terlepas dari
perkembangan penanganan lahan kritis. Pada mulanya hutan rakyat diperkenalkan
melalui program Karang Kitri. Hutan rakyat dibangun dan dikembangkan dengan
tujuan untuk menghijaukan pekarangan, talun, dan lahan-lahan rakyat yang gundul
untuk konservasi tanah dan air serta perbaikan lingkungan. Namun pada
perkembangan selanjutnya, hutan rakyat ditujukan pula untuk perbaikan sosial
ekonomi dan pemenuhan kebutuhan bahan baku industri.
Dasar dalam membangun HTR ini sesuai dengan PP
6/2007 .Ketentuan umum di dalam PP 6/2007 di atas memberikan Masyarakat
setempat, sehingga sektor kehutanan batasan yang tegas tentang HTR, sehingga
khalayak bisa diharapkan dapat memberikan kontribusi pada memahami perbedaan
antara HTR dengan Hutan pertumbuhan ekonomi nasional, perbaikan lingkungan Kemasyarakatan
(HKM) dan Hutan Rakyat. HTR hanya hidup, mensejahterakan masyarakat dan
memperluas akan dikembangkan pada areal kawasan hutan produksi lapangan kerja. yang
tidak dibebani hak. HKM (dalam PP 6/2007) memungkinkan dikembangkan di hutan
konservasi Sejalan dengan reforma agraria yang telah diwacanakan, (kecuali
Cagar Alam dan zona inti Taman Nasional), Departemen Kehutanan telah merespon
dengan upaya kawasan hutan produksi, dan hutan lindung. Sedangkan memberikan
akses lebih kepada masyarakat dalam Hutan Rakyat jelas-jelas dibangun di luar
kawasan hutan pengelolaan sumberdaya hutan, rencana pembangunan negara atau
berada pada hutan hak (hutan yang berada HTR juga telah dipayungi produk hukum.
Peraturan pada tanah yang dibebani hak atas tanah).
Tanaman sengon ini
sekarang telah mampu menjadi penopang ekonomi masyarakat pedesaan karena
kemampuan jual (nilai jual) kayunya cukup tinggi. Harga pasaran kayu sengon per
m3 (kubik) yang telah dipotong berdasar ukuran untuk bahan bangunan dipasaran
sudah berkisar 1-2 juta rupiah, sedangkan yang masih dari kebun atau berbentuk
log per m3 masih di bawahnya, namun tetap saja dari tahun ketahun harganya naik
mengikuti harga lainnya. Harga ini beragam antar tempat sesuai biaya tebang dan
biaya angkut, serta jenis dan kualitas kayu sengonnya. Kayu log sengon dapat dijadikan
bahan "pulp", ranting kayu untuk kayu bakar, dan daunnya untuk bahan
pakan ternak (campuran pakan ternak), kompos (pupuk hijau daun) memiliki nilai
ekonomis.
Seiring dengan laju pembangunan
perumahan dan banyaknya rumah bangunan permanen/semi permanen yang mebutuhkan
kayu dalam jumlah banyak, maka nilai kayu semakin mahal. Pada saat kayu-kayu
kelas papan atas seperti kayu jati, kayu kalimantan, semakin mahal maka kayu
sengon mulai diminati untuk digunakan sebagai bahan bangunan.
Sudah banyak teladan masyarakat pedesaan
sukses menjadi jutawan karena sengon. Padahal sewaktu
sengon belum menjadi salah satu kayu yang diminati masyarakat, kayu sengon
masih sekelas kayu bakar, sedikit yang memanfaatkan untuk bangunan. Pemerintah
melalui program penghijauan telah memasukkan sengon sebagai salah satu tanaman
untuk konservasi. Departemen Kehutanan melalui Balai Rehabilitasi Lahan dan
Konservasi Tanah melaksanakan pemberian bantuan bibit sengon dan bantuan
pemeliharaan kepada petani, budidaya sengon dikembangkan secara meluas.
Pada saat ini petani sengon sudah mulai merasakan
manfaatnya hutan rakyat sengon. Nilai kayu sengon semakin tinggi sebagai kayu
yang memiliki permintaan pasar tinggi dan permintaan cenderung stabil untuk
jangka waktu lama. Masyarakat sudah tidak malu lagi memakai kayu sengon untuk
bahan bangunan konstruksi ringan, bahkan para pengembang perumahan rakyat (KPR
BTN) di daerah telah memakai sengon untuk bahan bangunannya.
Sambil menunggu dapat dipanen saat telah
berumur 5 tahun s/d 10 tahun, petani dapat
menanam tanaman bawah tegakan selama belum siap panen. Dengan cara ini
konservasi tanah tetap dapat terjaga dan ekonomi keluarga tetap terpenuhi.
Pohon sengon berukuran sedang sampai
besar, tinggi dapat mencapai 40 m, tinggi batang bebas cabang 20 m. Tidak
berbanir, kulit licin, berwarna kelabu muda, bulat agak lurus. Diameter pohon
dewasa bisa mencapai 100 cm atau lebih. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan
termasuk kelas awet IV - V. Tajuk
tanaman berbentuk perisai, jarang, selalu hijau. Daun majemuk, panjang dapat
mencapai 40 cm, terdiri dari 8 - 15 pasang anak tangkai daun yang berisi 15 -
25 helai daun. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya
kecil-kecil dan mudah rontok. Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai
berukuran sekitar 0,5 - 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit
berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina,
dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga. Sengon memiliki
akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak
terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya
berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon
sengon menjadi subur. Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, lurus dan
tidak bersekat-sekat. Buah sengon waktu muda berwarna hijau, berubah kuning
sampai coklat setelah masak, panjangnya sekitar 6 - 12 cm. Setiap polong buah
berisi 15 - 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji
akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin. Untuk benih sengon
berbentuk pipih, lonjong, 3 - 4 x 6 - 7 mm, warna hijau, bagian tengah coklat.
Jumlah benih sekitar 40.000 butir/kg dengan daya berkecambah rata-rata 80%.
Berat 1.000 butir kurang lebih berkisar 16 - 26 gram.
BAB II
TUJUAN PEMBUATAN HUTAN
TANAMAN RAKYAT
Tujuan dan Sasaran
a.
Meningkatkan dan
mengembangkan unit usaha dibidang kehutanan secara optimal yang berbasis pada
kelestarian sumber daya hutan dan lingkungan. Tujuan pokok IUPHHK HTI
PT.Sebukit Power adalah memproduksi kayu serat dan kayu pertukangan berkualitas
tinggi untuk bahan baku Industry Pulp dan Kertas serta Industri Kayu Perkakas
(sebagai core logs dan back veneer) yang berkesinambungan berasal dari sumber
yang dikelola secara lestari.
b.
Memenuhi pasokan
bahan baku pulp dan kertas serta kayu pertukangan bagi industry kehutanan
nasional.
c.
Mendukung prioritas
program pembangunan pemerintah yakni perluasan kesempatan kerja, peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan menciptakan lapangan kerja dan usaha bagi
masyarakat sekitar hutan dan pertumbuhan ekonomi (mengurungi lahan kritis/lahan
kosong).
d.
Mendorong tumbuh
kembangnya budaya masyarakat dalam pembangunan hutan tanaman disekitar konsesi.
e.
Meningkatkan
kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan pemberdayaan masyarakt secara
partisipati, berkeadilan, dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan
ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan
eksternal.
f.
Memperkuat basis
industry propinsi Kalimantan Barat, sebagai pemasok bahan baku industry local
maupun IPKH.
g.
Untuk
mengembangkan/memberdayakn masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat.
h.
Peningkatan
pendapatan petani di wilayah lahan kering yang direncanakan menjadi sentra
produksikomoditi Sengon.
Pohon
sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya
dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
1.
Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
2.
Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
3. Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll
BAB III
PERSYARATAN TUMBUH JENIS
A. Daerah
Sebaran
Sengon
merupakan tanaman asli Indonesia, Papua Nugini, Kepulauan Solomon dan Australia
(Soerianegara dan Lemmens 1993). Tegakan alam sengon di Indonesia ditemukan
tersebar di bagian timur (Sulawesi Selatan, Maluku dan Papua) dan di perkebunan
di Jawa (Martawijaya dkk. 1989). Di Maluku, tegakan sengon alam dapat ditemukan
di Pulau Taliabu, Mangolle, Sasan, Obi, Bacan, Halmahera, Seram dan Buru. Di
Papua, sengon alam ditemukan di Sorong, Manokwari, Kebar, Biak, Serui, Nabire
dan Wamena. Selain itu, sengon juga ditanam di Jawa (Martawijaya dkk. 1989)
(Gambar 5 dan 6). Saat ini, sengon sudah banyak ditanam di negaranegara tropis
termasuk Brunei, Kamboja, Kamerun Kepulauan Cook, Fiji, Polinesia Perancis,
Jepang, Kiribati, Laos, Malaysia, Kepulauan Marshall, Myanmar, Kaledonia Baru,
Pulau Norfolk, Filipina, Samoa, Thailand, Tonga, Amerika Serikat, Vanuatu dan
Vietnam (Orwa dkk. 2009).
B. Iklim
Kondisi iklim
untuk tanaman Sengon, dimana Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman
sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat
tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis
tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
Curah hujan
mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat
nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman,
pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman
sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan
dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah
hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban juga
mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban
tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan
kelembaban sekitar 50%-75%.
C.
Tanah
Tanaman
Sengon (Paraserianthes falcataria) dapat tumbuh baik pada tanah regosol,
aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu
dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7. Sengon (Paraserianthes
falcataria) termasuk jenis
tanaman tropis.
D. Topografi
Kondisi
lingkungan tapak tumbuh, ketinggian tempat untuk tanaman Sengon (Paraserianthes
falcataria) antara 0
– 800 m dpl. Walapun demikian tanaman Sengon (Paraserianthes
falcataria) ini
masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut.
Sumber : www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20Sengon.pdf
BAB IV
KONDISI LAHAN PEMBANGUNAN
HUTAN
3.1. Letak dan Luas Lokasi
Desa Batu Gajah
merupakan Desa yang terletak pada wilayah Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna. Desa Batu
Gajah memiliki luas ± 6.700 ha. Adapun batas-batas
wilayah Desa Batu Gajah adalah sebagai berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sungai Ulu
1. Sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Cemaga Utara
2. Sebelah Barat berbatasan
dengan Desa Sungai Ulu
3. Sebelah Timur berbatasan dengan
pantai
Desa Batu Gajah merupakan desa yang terletak di
Kecamatan Bunguran Timur merupakan Desa hasil pemekaran dari Desa Sungai Ulu
Kecamatan Bunguran Timur Kabupaten Natuna.
3.2. Tofografi
dan Tanah
Berdasarkan kondisi fisiknya, Kabupaten Natuna
merupakan tanah berbukit dan bergunung batu.
dataran rendah dan landai banyak ditemukan di pinggir pantai. Ketinggian
wilayah antara kecamatan cukup beragam, yaitu berkisar antara 3 sampai dengan
959 meter dari permukaan laut dengan kemiringan antara 2 sampai 5 meter. Pada
umumnya struktur tanah terdiri dari tanah podsolik merah kuning dari batuan
yang tanah dasarnya mempunyai bahan granit,
dan alluvial serta tanah organosol dan gley humus.
3.3. Iklim
Iklim di Kabupaten
Natuna sangat dipengaruhi oleh perubahan arah angin. Musim kemarau biasanya
terjadi pada bulan Maret
sampai dengan bulan Juli. Curah hujan rata-rata berkisar 137,6 milimeter dengan
rata-rata kelembaban udara sekitar 83,17 persen dan temperatur berkisar 27,10
celcius.
Sumber
: Data BPS Natuna 2009
BAB V
PENGADAAN BIBIT DAN PEMBANGUNAN
PERSEMAIAN
A. Persyaratan
Membuat Persemaian
Keberhasilan
persemaian benih sengon (Paraserianthes falcataria) ditentukan oleh
ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa
persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
- Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5 %
- Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
- Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
- Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk
memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang
didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain
bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman
dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan.
B. Bahan-bahan dan Peralatan
Bahan-Bahan dan Peralatan
Yang Diperlukan Dalam Pembuatan Pembangunan Persemaian :
a.
Bahan yang di perlukan
antara lain :
1.
Pasir yang baik dan
telah distreilkan untuk medium penaburan benih
2.
Bedengan/bak , diberi
naungan (atap).
3.
Bedengan sapih,diberi
naungan,terutama untuk melindungi, semai-semai dari teriknya sinar matahari di
siang hari dan hujan yang deras.
4.
Kantong plastik
/container yang bagian bawah telah diberi lubang-lubang.
5.
Tanah yang baik, yang
artinya dicampur dengan pupuk TPS untuk pengisian kantong plastik sebagai media
sapih.
6.
Pupuk TSP dan NPK.
7.
Seng atau tripleks
untuk label.
8.
Fungisida dan Pestisida
9.
Bahan untuk pemagaran
persemaian, antara lain kawat berduri, dan kayu atau bambu, tali serta
bibit/semai/stek batang , jenis tanaman pagar.
b. Peralatan/bangunan
yang disiapkn antara lain :
1.
Peralatan/bangunan
untuk pangairan antara lain : parit/saluran pangairan,bak penampung air gembor(
dan kemungkinan perlu pompa air lengkap dengan peralatannya).
2.
Alat menyemprot
fungisida/ dan pestisida yaitu spayer.
3.
Alat-alat kerja :
cangkul, sabit, ganco, gergaji, linggis.
4.
Alat pengukuran :
meteran/roll meter, kompas.
5.
alat pencatat yang
diperlukan
6.
kantor, barak kerja,
rumah jaga.
Tenaga kerja yang perlu
disiapkan baik tenaga harian,borongan maupun tetap yang jumlah disesuaikan
setiap jenis kegiatan/pekerjaan. Tenaga kerja tetap/harian tetap sebagai
kegaiatan di persemaian sejak pekerjaan penaburan benih sampai dengan pemeliharaan
semai di bedengan sapih, terutama tenaga pengawasan (mandor) perlu dipilih yang
kualitasnya baik, yaitu berpengalaman dan trampil di bidang persemaian.
C. Pengadaan Benih
1.
Sumber dan Kualitas Benih
Benih yang diguanakan adalah benih yang
berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik,
bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun
penyakit dengan ciri-ciri penampakan benih sengon sebagai berikut, Kulit bersih
berwarna coklat tua , ukuran benih maksimum, tenggelam dalam air ketika benih
direndam, dan bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga
perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi
lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya
masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
Kebutuhan BenihJumlah benih sengon yang
dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami adalah :
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan
lebar= 100 m)
Jarak tanam 3 x 2 meter
Satu lubang satu bibit sengon
Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
Daya tumbuh 60 %
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x
100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat
kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan
operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter
dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
2.
Penaburan Benih
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud
untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah
yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit
tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini
akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas.
Bahan dan alat yang perlu diperhatikan
dalam kegiatan penaburan adalah sebagai berikut :
1. Benih
2. Bedeng tabur/bedeng kecambah
3. Media Tabur, campuran pasir dengan
tanah 1 : 1, Kemudian semprotkan media
semai dengan larutan pupuk hayati MiG-6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1 liter air)
merata pada permukaan media semai. Biarkan selama 3 hari, Kemudian benih
siap di tabor. Peralatan penyiraman ,tersedianya air yang cukup.
Teknik pelaksanaan, bedeng tabur dibuat
dari bahan kayu/bambu dengan atap rumbia dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran
tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm.. kemudian bedeng tabur disi dengan
media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari
kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah.
Penaburan benih pada
media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses
berkecambah dan memperoleh prosen kecambah yang maksimal. Penaburaan dilakukan
pada waktu pagi hari atau sore hari untuk menghindari terjadinya penguapan yang
berlebihan.
3.
Penyapihan
Langkah-langkah kegiatan penyapihan bibit antara lain
adalah :
1. Siapkan
kantong plastik ukuran 10 x 20 cm, dan dilubangi kecil-kecil sekitar 2 – 4
lubang pada bagian sisi-sisinya.
2. Masukkan
media tanam yang berupa campuran tanah subur, pasir dan pupuk kandang
(1:1:1).Jika tanah cukup gembur, jumlah pasir dikurangi.
3. Setelah
media tanam tercampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plasitk
setinggi ¾ bagian, barulah kecambah sengon ditanam, setiap kantong diberi satu
batang kecambah.
4. Kemudian semprotkan media di polybag dengan
larutan pupuk hayati MiG-6PLUS (10ml MiG-6PLUS : 1 liter air) merata pada
permukaan. Biarkan selama 3 hari Kemudian tanam kecambah. Ulangi setiap 10 – 14
hari sekali sampai tanaman siap untuk di tanam di lahan (pada usia 6 bulan).
5. Kantong
plastik yang telah berisi anakan, diletakkan dibawah para-para yang diberi atap
jerami atau daun kelapa, agar tidak langsung tersengat terik matahari.
6. Pada
masa pertumbuhan anakan semai sampai pada saat kondisi bibit layak untuk
ditanam di lapangan perlu dilakukan pemeliharaan secara intensip.
permudaan generatif diperoleh dari anakan alami yang
cukup melimpah, sedangkan permudaan vegetatif diperoleh dari trubusan pohon
yang telah ditebang. Permudaan yang berasal dari anakan alami yang berupa
cabutan biasanya digunakan untuk menambah jumlah tanaman yang ditanam sebagai
kewajiban petani setelah menebang dan untuk menyulam tanaman yang gagal,
sedangkan permudaan yang berasal dari trubusan biasanya digunakan untuk
mengganti pohon yang telah ditebang pada hutan rakyat bentuk
tumpangsari. Permudaan yang berasal dari cabutan tidak membutuhkan kriteria
khusus, dengan demikian bibit diambil dari anakan alami dengan ukuran kurang
lebih 30 cm, kemudian langsung ditanam pada lubang tanaman yang telah disiapkan
4.
Pemeliharaan
Bibit
ü
Pembuatan Naungan
bahan naungan bergantung kepada biaya yang tersedia, kemudahan memperolah
bahan dan berat ringannya naungan yang dibutuhkan, dapat dipakai
sebagai atap antara lain :
1. Kasa plastik
2. Atap plastik/sarlon
3. Alang-alang
4. Daun kelapa atau daun sagu
Naungan yang dipakai
adalah tanaman yang tumbuh atau ditanam terpancar di dalam persemaian. Untuk
mengurangi tingkat naungannya. Biasanya daun-daun atau cabang-cabangnya
dipangkas atau pohonnya beberapa ditebang. Tinggi atap naungan biasanya 150 cm
dari tanah atau bak untuk bagian yang rendah (sebalah barat) dan 175 cm untuk
bagian yang tinggi (sebelah timur), agar orang lebih leluasa bekerja
dibawahnya. Agar atap naungan itu mudah dibuka dan ditutup lagi, sebaiknya atap
tidak dilekatkan mati pada tiang-tiang penyangga.
ü Pemeliharaan yang dilakukan
terhadap bibit dipersemaian adalah sebagai berikut : Penyiraman, penyiraman
yang optimum akan memberikan pertumbuhan yang optimum pada semai / bibit.
Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari maupun siang hari dengan
menggunakan nozle. Selanjutnya pada kondisi tertentu, penyiraman dapat
dilakukan lebih banyak dari keadaan normal, yaitu pada saat bibit baru dipindah
dari naungan ke areal terbuka dan hari yang panas.
ü Pemupukan, pemupukan
dilakukan dengan menggunakan larutan "gir". Adapun pembuatan larutan
"gir: sebagai berikut :
·
Disiapkan drum bekas dan separuh volumenya diisi pupuk
kandang. Tambahkan air sampai volumenya ¾ bagian, kemudian tambahkan 15 kg TSP,
lalu diaduk rata. Biarkan selama seminggu dan setelah itu digunakan untuk
pemupukan.
·
Dosis pemupukan sebanyak 2 sendok makan per 2 minggu, pada
umur 6 bulan, ketika tingginya 70 – 125 cm, bibit siap dipindahkan ke kebun.
Anakan di persemaian sering terkena lodoh yang
disebabkan oleh Rhizoctonia, Sclerotium, Fusarium, Pythium dan Phitophthora.
Untuk mengatasinya, tanah disterilkan dan diberi fungisida sebelum benih
ditabur.
BAB VI
PEMBUATAN TANAMAN
A. Persiapan
Lahan
Kegiatan persiapan lahan merupakan usaha
petani dalam menyiapkan lokasi untuk kegiatan penanaman. Kegiatan persiapan
lahan ini biasanya bersamaan waktunya dengan kegiatan persiapan lahan untuk
tanaman pertanian. Kegiatan persiapan lahan biasanya
dilakukan pada bulan Agustus dan September, karena pada bulan-bulan tersebut
belum turun hujan. Lamanya kegiatan persiapan lahan tergantung pada kondisi
masing-masing petani yaitu berdasarkan luas kepemilikan lahan, dan ada/
tidaknya tenaga kerja yang cukup.
Kegiatan ini dilakukan
secara bersama-sama dalam mekanisme kerja kelompok. Dengan menggunakan
mekanisme kerja kelompok kegiatan persiapan lahan tersebut dapat dikerjakan
dalam waktu 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan. Kegiatan persiapan lahan
terdiri atas kegiatan pengolahan tanah, pemasangan acir, pembuatan lubang
tanaman, dan pemberian pupuk. Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul dan
menggemburkan tanah dalam rangka mempersiapkan lahan garapan untuk penanaman
tanaman semusim. Penggemburan tanah dilakukan dengan membalikkan tanah,
pendangiran tanah dan pemberian pupuk. Biasanya pupuk yang
digunakan adalah pupuk kandang.
Jumlah pupuk kandang
yang dicampurkan dengan tanah disesuaikan dengan kebutuhan. Pengolahan tanah
dan pemberian pupuk kandang biasanya dilakukan sebelum turun hujan agar
pekerjaan menjadi relatif lebih ringan karena kondisi pupuk kering sehingga
mempermudah pengangkutan ke lokasi penanaman.
Untuk penyiapan lahan
tanaman berkayu dilakukan pemasangan acir, pembuatan lubang tanaman dan pemberian
pupuk kandang atau kompos. Pembuatan lubang tanaman dilakukan dengan jarak
tanam (4mx4m) atau 2m x lebar bidang olah teras untuk bentuk tumpangsari, dan
(2x2) m untuk lahan yang menggunakan bentuk hutan
murni.
Pemasangan acir
dilakukan dengan menggunakan acir yang terbuat dari bambu atau ranting cabang
yang dapat diperoleh di sekitar lahan yang sedang disiapkan. Panjang acir 1,5 m
dengan bagian yang ditanam sedalam 0,5 m. Untuk lubang tanaman dibuat dengan
ukuran (20x20x30) cm. Setelah lubang tanaman siap kemudian diberi pupuk kandang
ke dalam setiap lubang sebanyak 1-2 kg. Kegiatan ini juga membutuhkan waktu
kurang lebih 1-3 hari jika dikerjakan secara kelompok. Setelah semua kegiatan
selesai, lahan dibiarkan sampai turun hujan, baru lahan mulai ditanami.
B. Penanaman
Kegiatan penanaman
tanaman tahunan biasanya dilakukan bersamaan dengan penanaman tanaman semusim,
yaitu pada saat hujan turun pertama kali sekitar awal bulan Oktober. Lama
kegiatan ini juga tergantung dari besarnya volume pekerjaan, akan tetapi
biasanya kegiatan ini dilakkan dalam bentuk kerja kelompok sehingga hanya
membutuhkan waktu 1-2 hari untuk menyelesaikannya. Kegiatan penanaman dilakukan
pada awal musim penghujan dengan harapan tanaman tahunan dan tanaman semusim
mendapatkan air yang cukup. Penanaman pada hutan rakyat sengon ini
dilakukan pada sore hari bersama-sama dengan masyarakat yang terlibat dalam HTR
ini.
Selain ditanam tanaman sengon juga ditanam
tanaman semusim tumpangsari yakni, Padi (Gogo Rancah),
Jagung, Kacang, Kedelai, Ketela Pohon, dan rumput-rumputan. Tanaman ini
ditanam dengan berbagi tujuan diantaranya (1) untuk
menutup biaya pemeliharaan (upah penjaga kebun dan Iama-lama), (2) tumpangsari
intensif (dengan penyiraman sprinkle, pemupukan dan penyiangan gulma secara
teratur) sangat membantu pertumbuhan tanaman jati sehingga mendekati jati yang
ditanam pada areal yang memenuhi syarat tumbuh ideal (3) tanaman tumpangsari
bisa menghilangkan rasa jenuh bagi masyarakat yang terlibat dalam hutan rakyat
(4) memberi pendapatan jangka pendek kepada perusahaan (5) bisa memberi gaji
bulanan kepada penggarap.
Jarak tanam yang
ideal untuk adalah jarak tanaman pokok (sengon) 4 x 1 m dan jarak 2 m diantara
tanaman pokok tersebut dapat ditanami tanaman sela. Penamam dilakukan dengan
arah larikan dari timur ke barat, hal tersebut dilakukan agar sinar matahari
dapat menerobos masuk sepanjang hari sesuai dengan arah peredaran matahari dari
timur ke barat.
Hal lain yang
perlu diperhatikan adalah bahwa tinggi dari tanaman sela tidak boleh lebih
tinggi dari tanaman pokok karena akan menghambat pertumbuhan tanaman pokok.
Idealnya penanaman tanaman sela sebaiknya ditanam setelah tanaman pokok berusia
1 tahun sehingga tinggi tanaman pokok telah lebih dari 1 m. Ketersediaan
nutrisi tanah juga mempunyai peranan yang penting, sehingga pemupukan harus
rutin dilakukan untuk menjamin tercukupinya kebutuhan nutrisi dari tanaman
pokok dan tanaman sela. Pemupukan untuk tanaman pokok sebaiknya dilakukan mulai
saat membuat lubang tanam. Lubang tanam dibuat 1 bulan sebelum penanaman dengan
ukuran lubang 40 x 40 x 40 cm. Aplikasi pupuk dilakukan dengan mencampur 2 kg
kompos dan 2 ons pupuk kimia (Urea, TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang
tanam. Pemupukan lanjutan dapat dilakukan sesuai kebutuhan.
Selain
pemupukan, tanaman pokok perlu dilakukan perawatan diantaranya prunning
(pemangkasan cabang). Pemangkasan ini harus rutin dilakukan agar batang tanaman
pokok tidak bercabang. Penanaman susulan untuk mengganti tanaman yang mati
dapat dilakukan sampai umur tanaman pokok berusia 2 tahun. Pada umur 3-4 tahun
dilakukan tebang penjarangan sekitar 50% dari populasi. Hal tesebut dilakukan
untuk menjaga kerapatan sehingga pertumbuhan sengon dapat optimal. Tebang
penjarangan dapat dilakukan secara selektif pada pohon yang memiliki
pertumbuhan kurang baik dan memiliki cacat batang. Pemanenan sengon dilakukan
saat umur sengon tersebut usia 6 tahun dengan estimasi diameter batang sebesar
30 cm.
Ada
dua macam pengangkutan bibit yaitu pengankuatan bibit dari lokasi persemaian
ketempat penampungan bibit sementara di lapangan (lokasi penanaman), dan
pengangkutan bibit dari tempat penampungan sementara ke tempat penanaman. Agar
bibit tidak rusak maka dalam pengangkutan bibit menggunakan truk dengan di
siapkan rak-rak dalam truck kemudian bibit di masukan dalam rak tersebut untuk
di angkut. Penanaman
di lakukan dengan plances Penanaman dengan plances dilakukan dengan membuka
kantong plastiknya lebih dulu agar akar tunggangnya tidak terganggu .
Kegiatan seleksi
bibit merupakan kegiatan yang dilakukan sebelum bibit dimutasikan kelapangan,
maksudnya yaitu mengelompokan bibit yang baik dari bibit yang kurang baik pertumbuhannya. Bibit yang
baik merupakan prioritas pertama yang bisa dimutasikan kelapangan untuk ditanam
sedangkan bibit yang kurang baik pertumbuhannya dilakukan pemeliharaan yang
lebih intensip guna memacu pertumbuhan bibit sehingga diharapkan pada saat
waktu tanam tiba kondisi bibit mempunyai kualitas bagus.
Pada umumnya tanaman sengon
diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin
mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon
yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan
tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan
benih sengon yang baik sebagai berikut, Kulit bersih berwarna coklat tua, Ukuran
benih maksimum, Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan Bentuk benih
masih utuh.
C. Pemeliharaan
Tujuan pemeliharaan ini adalah untuk mendapatkan hasil
yang maksimal, cara-cara yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan
dilakukan pada bulan Maret, bersamaan dengan kegiatan penanaman tanaman
palawija berupa kacang tanah. Pada saat penanaman kacang tanah tersebut
dilakukan pendangiran tanah yang dilanjutkan dengan pemupukan. Setelah
pemupukan tanaman kacang selesai kemudian dilakukan pemupukan terhadap tanaman
tahunan dengan menggunakan pupuk kandang atau dengan pupuk kompos yang berasal
dari daun-daunan yang ada di lahan tersebut. Jumlah pupuk kandang yang
diberikan disesuaikan juga dengan kebutuhan. Lama waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan kegiatan pemupukan ini biasanya 1-2 hari untuk tiap kepemilikan
lahan, bila melalui mekanisme kerja kelompok.
Pemupukan
untuk tanaman pokok sebaiknya dilakukan mulai saat membuat lubang tanam. Lubang
tanam dibuat 1 bulan sebelum penanaman dengan ukuran lubang 40 x 40 x 40 cm.
Aplikasi pupuk dilakukan dengan mencampur 2 kg kompos dan 2 ons pupuk kimia
(Urea, TSP, NPK, KCL) untuk tiap-tiap lubang tanam. Pemupukan lanjutan dapat
dilakukan sesuai kebutuhan.
2.
Kegiatan penjarangan
Kegiatan penjarangan juga bersifat kondisional karena penjarangan
baru dilakukan bila pemangkasan cabang ( Prunning ) dirasa tidak dapat
mengatasi/mengurangi naungan. Di samping itu kegiatan penjarangan berguna untuk
memberikan ruang tumbuh yang lebih baik terhadap tegakan tinggal sehingga
pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan penjarangan dilakukan setelah tanaman
tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada saat itu tanaman kayu sudah menaungi
tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan dilakukan petani secara perorangan
(individual) dengan sepengetahuan kelompok tani, karena setiap penebangan pohon
baik untuk pemanenan maupun penjarangan harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan
yang dilakukan adalah penjarangan bawah karena pohon yang dijarangi adalah
pohon-pohon yang pertumbuhannya jelek dan tertekan ( inferior ), sedangkan
intensitas penjarangan disesuaikan dengan kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan juga dapat digunakan sebagai sumber
pendapatan antara bagi petani hutan rakyat.
3.
Pemberantasan hama dan dan penyakit dan
usaha pencegahan
4.
Pengendalian api dan kebakaran
Sebagai upaya untuk menghindari
terjadinya kebakaran hutan dapat dilaksanakan kegiatan berikut :
§ Pembuatan
sekat bakar, jalan pemeriksaan yang merupakan batas blok.
§
Pembuatan sekat bakar jalur hijau
berupa tanaman yang tahan api yang mengelilingi batas petak tanaman selebar 20
m.
§
Pembuatan sistem komunikasi yang
mampu menjangkau selruh areal tanaman dan sekitarnya.
§
Penyuluhan kepala masyarakat tentang
pencegahan kebakaran dan menjaga keamanan hutan.
§
Pembuatan papan pengumuman untuk
mencegah tindakan – tindakan yang tidak bertanggung jawab
5.
Penyiangan dan pendangiran
Kegiatan penyiangan
dilakukan pada bulan Juni-Juli setelah kegiatan panen kacang tanah dan ketela
pohon. Penyiangan dilakukan dengan tujuan membersihkan lahan dari gulma, rumput
dan tanaman penggangu lainnya. Bersamaan dengan kegiatan itu, dilakukan pula pembersihan lahan dari
sisa-sisa hasil panenan. Hasil kegiatan itu merupakan sumber tambahan untuk
mendapatkan hijauan makanan ternak. Hasil kegiatan penyiangan berupa
rumput-rumputan dan batang tanaman kacang dapat digunakan untuk hijauan makanan
ternak apalagi pada bulan Juni-Juli adalah bulan-bulan kering dimana produksi
rumput untuk pakan ternak sangat kurang. Bagi tanaman tahunan kegiatan
penyiangan dimaksudkan untuk menghilangkan tanaman pengganggu yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman dan mengurangi kompetisi dengan tanaman pengganggu
dalam memperoleh air, unsur hara, dan cahaya matahari. Kegiatan penyiangan ini dilakukan secara perorangan (individual) setiap
hari pada bulan Juni-Juli, karena pada saat itu petani tidak memiliki waktu
yang relatif senggang. Kegiatan tersebut dapat juga dilakukan secara kelompok
jika memang volume pekerjaannya relatif besar.
Pendangiran
yaitu usaha mengemburkan tanah disekitar tanaman dengan maksud untuk
memperbaiki struktur tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.
Kegiatan pendangiran dilakukan pada saat petani
tidak terlibat dalam kegiatan pengelolaan tanaman semusim. Lama waktu
pelaksanaan kagiatan ini biasanya 1-2 hari untuk tiap kepemilikan lahan.
Pendangiran tanah dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah sehingga
tercipta kondisi aerasi dan drainase tanah yang baik.
6.
Penyulaman
Penyulaman yaitu
penggantian tanaman yang mati atau sakit dengan tanaman yang baik, penyulaman
pertama dilakukan sekitar 2-4 minggu setelah tanam, penyulaman kedua dilakukan
pada waktu pemeliharaan tahun pertama (sebelum tanaman berumur 1 tahun). Agar
pertumbuhan bibit sulaman tidak tertinggal dengan tanaman lain, maka dipilih
bibit yang baik disertai pemeliharaan yang intensif.penyulaman tanaman dikerjakan sekitar bulan Desember-Januari, pada saat
hujan masih turun sehingga tanaman hasil sulaman memiliki kesempatan untuk
mendapatkan air. Bibit tanaman untuk penyulaman
berasal dari cabutan anakan alami yang terdapat di sekitar areal hutan
rakyat.
7.
Pemangkasan Cabang (
Prunning )
Kegiatan pemangkasan
cabang biasanya bersifat kondisional karena tanaman tahunan sudah cukup besar
sehingga menaungi tanaman pertanian sehingga mengganggu produktivitas tanaman
pertanian. Kegiatan prunning dilakukan secara periodik pada bulan Juni-Juli, setelah
tanaman kayu berusia kurang lebih 5 tahun, sedangkan intensitasnya tergantung
dari kebutuhan. Jika naungan dirasa berat maka intensitasnya tinggi
demikian pula sebaliknya. Jika naungan tidak dapat dikurangi lagi dengan
prunning maka perlu dilakukan penjarangan. Kegiatan prunning, biasanya
dilakukan secara perorangan (individual) oleh petani dan bersamaan dengan
kegiatan penyiangan. Jadi sambil mencari HMT petani juga mencari kayu bakar
melalui kegiatan ini untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak dan kebutuhan energi
rumah tangganya. Lama kegiatan ini tidak bisa ditentukan biasanya tiap hari
pada saat petani memiliki waktu luang. Hasil dari kegiatan prunning yang berupa
cabang dan ranting kayu digunakan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan energi
berupa kayu bakar, sedangkan hasil kegiatan prunning yang berupa daun-daunan
terutama untuk jenis Mahoni dan Sengon Laut juga dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hijauan makanan ternak.
Esensi dari kegiatan prunning ini adalah
mengurangi gangguan tanaman pertanian berupa naungan dari tanaman tahunan,
meningkatkan kualita batang dengan mengurangi cacat mata kayu, memenuhi
kebutuhan energi berupa kayu bakar, serta untuk memenuhi kebutuhan akan hijauan
makanan ternak.
8. Penjarangan
Kegiatan penjarangan juga bersifat
kondisional karena penjarangan baru dilakukan bila pemangkasan cabang (
Prunning ) dirasa tidak dapat mengatasi/mengurangi naungan. Di samping itu
kegiatan penjarangan berguna untuk memberikan ruang tumbuh yang lebih baik
terhadap tegakan tinggal sehingga pertumbuhannya dapat optimal. Kegiatan
penjarangan dilakukan setelah tanaman tahunan berumur 5-10 tahun, di mana pada
saat itu tanaman kayu sudah menaungi tanaman pertanian. Kegiatan penjarangan
dilakukan petani secara perorangan (individual) dengan sepengetahuan kelompok
tani, karena setiap penebangan pohon baik untuk pemanenan maupun penjarangan
harus sepengetahuan kelompok. Penjarangan yang dilakukan adalah penjarangan
bawah karena pohon yang dijarangi adalah pohon-pohon yang pertumbuhannya jelek dan
tertekan ( inferior ), sedangkan intensitas penjarangan disesuaikan dengan
kebutuhan. Kayu hasil kegiatan penjarangan
juga dapat digunakan sebagai sumber pendapatan antara bagi petani hutan rakyat.
BAB VII
PEMUNGUTAN HASIL
A. Pemanenan
Kegiatan
pemanenan/penebangan kayu pada hutan rakyat
dilakukan sesuai dengan kebutuhan petani pemilik hutan rakyat. Kayu yang dipanen/ditebang
adalah kayu yang sudah cukup umur dan sudah laku di pasaran, sedangkan bentuk
dan ukuran kayu dijadikan faktor penentu harga, sehingga makin baik kualita
kayu maka harga kayu makin mahal. Kayu dijual oleh petani kepada pengumpul
dalam keadaan kayu berdiri, sedangkan sistem penebangannya didasarkan atas
peraturan dan tata tertib kelompok tani yakni sistem tebang pilih. Sistem
tebang pilih tersebut didasarkan pada umur tanaman minimal yang boleh dipanen,
sehingga diharapkan kayu yang ditebang adalah kayu yang sudah cukup umur dan
memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Berdasarkan tata
tertib kelompok tani, kegiatan penebangan umumnya ditetapkan dengan sistem
tebang pilih dengan menggunakan batas minimal umur. Untuk jenis Jati umur
tebang minimal 20 tahun, untuk Jenis Akasia umur tebang minimal 10 tahun, dan
untuk jenis Mahoni umur tebang minimal 15 tahun. Pada prakteknya umur tebang
rata-rata untuk jenis Jati adalah 15 tahun, untuk jenis Mahoni 20 tahun, dan
untuk jenis Akasia 10 tahun.
Pada umumnya kegiatan
penebangan dilakukan oleh pembeli yang merupakan pedagang pengumpul. Penebangan
dilakukan secara manual dengan menggunakan gergaji tangan, dengan
komponen-komponen kegiatan sebagai berikut : perebahan pohon ( felling ),
pembersihan cabang ( limbing ) dan pembagian batang ( bucking ), serta kegiatan
penyaradan ( skidding ) dan pengangkutan ( haulling ). Kegiatan penebangan
dilakukan oleh 1 regu tebang yang beranggotakan 6 orang blandong, yang tugasnya
melakukan penebangan, penyaradan dengan di pikul dan loading/reloading kayu ke
atas truk. Dalam kegiatan penebangan semua biaya ditanggung oleh
pembeli. Komponen biaya eksploatasi terdiri atas biaya upah blandong Rp
7000,-/hari/orang, biaya transportasi (truk) Rp 20.000,-/rit, dan biaya untuk
pas angkutan kayu Rp 50.000,- untuk sekali angkut.
Dalam kegiatan penebangan ini peranan
kelompok tani dan perangkat desa sangat besar dalam mengontrol pemanenan kayu
karena setiap penebangan harus diketahui/ mendapat ijin dari perangkat desa dan
kelompok tani. Dengan demikian lembaga-lembaga di atas dapat berfungsi sebagai
pengawas dalam kegiatan penebangan agar asas kelestarian dapat terjamin.
Selesai kegiatan penebangan, kayu kemudian
dibawa ke tempat penumpukan kayu (TPn). Tempat itu dapat terletak di pinggir
jalan atau di area khusus seperti di halaman pekarangan milik pedagang kayu.
Setelah melakukan penebangan petani diwajibkan untuk menanami lahan mereka
dengan permudaan baru sebanyak 5-10 batang untuk tiap pohon yang ditebang.
Jumlah tersebut diharapkan mampu mengganti jumlah pohon yang ditebang, dengan
asumsi keberhasilan tanaman rata-rata 70% (berdasarkan pengalaman) ditambah
permudaan hasil trubusan jumlah tersebut mampu menjamin kelestarian.
B.
Penebangan
Perkiraan hasil hutan rakyat sengon bisa
di panen berkisar antara 5-10 tahu, pada tahun kelima tanaman sengon sudah bisa
di panen namun tidak secara keseluruhan penebanganya. Penebangan di lakukan
secara kontinu dari tahun ke 5 sampai tahun ke 10. Pada dasarnya aspek
pengaturan hasil hutan
rakyat tidak
didefinisikan secara khusus oleh petani, karena petani biasanya melakukan
pemanenan kayu berdasarkan kebutuhan, dan belum direncanakan secara baik.
petani rata-rata memanen/menebang pohon miliknya secara periodik dan kontinyu,
yaitu rata-rata setahun 2 kali. Waktu penebangan biasanya menjelang hari raya
dan pada tahun ajaran sekolah dimulai, karena kedua kebutuhan tersebut
merupakan kebutuhan yang agak besar.
Kedua kebutuhan itu memerlukan biaya
lebih, sehingga mereka perlu untuk melakukan pemanenan kayu miliknya. Mengenai
jenis, volume dan jumlahnya kurang diperhatikan, dalam hal ini disesuaikan
dengan kebutuhan. Hal tersebut dikuatkan dengan besarnya volume perdagangan
kayu pada waktu-waktu tersebut. Dari
keterangan di atas dapat diasumsikan bahwa petani rata-rata menebang kayu
miliknya dua kali pertahun dengan jumlah batang dan volume yang disesuaikan
kebutuhan, yaitu jika kebutuhan kecil pohon yang ditebang jumlah dan volumenya
relatif kecil, sedangkan bila kebutuhan besar pohon yang ditebang jumlah dan
volumenya juga besar. Untuk menjamin kelestarian, petani yang menebang kayu
diwajibkan menanami lahannya dengan 2-5 batang untuk setiap batang pohon yang
ditebang. Di samping itu, kelestarian diperoleh dari hasil permudaan berupa
trubusan tonggak sebanyak 2-4 batang. Metode pengaturan hasil hutan rakyat, seperti
digambarkan di atas sangat spesifik dan berbeda dengan metode pengaturan hasil
konvensional yang biasa diterapkan pada hutan negara, karena mereka lebih menekankan pada pengelolaan
individu pohon per pohon dan bukan pengelolaan kawasan. Bagi masyarakat
setempat yang penting adalah terjaminnya kelestarian baik kelestarian produksi
maupun kelestarian sumber daya hutan, sehingga mereka dapat secara kontinu memanen produksi kayu
miliknya.
Petani memiliki rutinitas dalam pemanenan
kayu setiap tahunnya, dengan jumlah batang dan volumenya disesuaikan kebutuhan.
Kegiatan penebangan ini diimbangi dengan kewajiban melakukan permudaan setiap
kali mereka menebang pohon miliknya sehingga dapat tercipta kelestarian baik
kelestarian produksi maupun kelestarian sumber daya hutan. Hal tersebut merupakan salah satu
bentuk metode pengaturan hasil yang dipraktekkan oleh petani walaupun metode
tersebut belum merupakan model yang konseptual.
BAB VIII
ANALISA KELAYAKAN PROYEK
PEMBANGUNAN HTR
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Manfaat Tumpangsari di Hutan Kebun Jati Dan
Sengon. http://bataviase.co.id/node/648831 ( diakses tanggal 20 desember 2011)
Fudin. 2011. Budidaya Tanaman Sengon Dengan Tumpangsari.
http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2010/08/22/budidaya-sengon-dengan-sistem-tumpang-sari/ ( diakses tanggal 20 desember 2011)
Mugiyana. 2011. Budidaya Sengon Dengan Sistem Tumpangsari.
http://muge2001.blogspot.com/2011/02/budidaya-sengon-dengan-sistem-tumpang.html (diakses tanggal 20 desember 2011)
Anonim. 2010. Identifikasi
Sengon.
Anonim. 2012. Green World. http://www.gogreen.web.id/2008/10/cara-teknis-budidaya-tanaman-sengon.html (diakses tanggal 15 januari 2012)
BPDAS. 2010. Sengon. http://www.bpdas
pemalijratun.net/index.php?option=com_content&view=article&id=62:sengon&catid=18:tanaman-berkayu&Itemid=31 (diakses tanggal 25 januari 2011).
Kabayan. 2011. Teknis
Budidaya Tanaman Sengon.
http://www.kabayan.web.id/2010/12/teknis-budidaya-tanaman-sengon.html (diakses tanggal 25 januari 2011)
Anonim. 2009. Penggunaan dan Manfaat Kayu Sengon. http://kebunpaktani.blogspot.com/2009/05/penggunaan-dan-manfaat-kayu-sengon.html ( diakses
tanggal 30 desember 2011).
Anonim. 2011. Budidaya Sengon. www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20Sengon.pdf
(diakses tanggal 30 desember 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Diharapkan keritik dan saranya untuk perbaikan blog ini kedepan,terimakasih.